Allah yang Menghadirkan Diri

Belum ada komentar 64 Views

Kehadiran sesama dalam hidup kita merupakan faktor yang sangat berharga, karena setiap orang penting bagi yang lain, baik dalam skala kecil maupun luas. Interaksi antara orang tua dan anak-anaknya, gereja dan umatnya, negara dan warganya, manusia dan lingkungannya, membuat kita makin utuh dalam mengarungi kehidupan.

Allah yang menghadirkan diri, Sang Imanuel, merupakan pernyataan yang sangat meneguhkan hati dan membuat kita kagum pada keputusan-Nya. Dia memandang ciptaan-Nya sebagai pihak yang penting, meskipun penuh dosa dan rapuh. Semua ini semata-mata karena kasih-Nya yang begitu besar. Titus menuliskan, …yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama seperti manusia. (Filipi 2: 6-7).

Peristiwa Allah menjadi sama seperti manusia adalah pernyataan kasih Sang Pencipta yang sempurna atas ciptaan-Nya. Kasih-Nya yang begitu besar telah menghalau segala penghalang yang terbentang di antara keduanya, bahkan dosa yang memisahkan itu pun ditebus dan dikalahkan-Nya. Allah yang menjadi manusia memasuki kerapuhan hidup insani dengan segala kemelut dan keterbatasannya. Dia menunjukkan keberpihakan penuh pada manusia, dan bersedia menyertainya setiap saat.

Padahal, apakah yang dapat dibanggakan manusia selain kerapuhan dan kebinasaannya? Meskipun demikian, Allah tetap berpihak membela dan memulihkannya.

Imanuel, Allah beserta kita, bukan slogan untuk menenangkan kegelisahan hati, melainkan Allah yang menghadirkan diri dan tidak pernah meninggalkan kita, bahkan ketika kita mengabaikan-Nya. Kehadiran Allah menandakan kuasa-Nya atas seluruh ciptaan-Nya. Dia berdaulat penuh atas kehidupan, dan memilih untuk senantiasa hadir dengan penuh kasih. Dia berjalan bersama manusia untuk menghadapi dan mengarungi kehidupan yang pelik dengan permasalahan.

Allah yang senantiasa hadir ini turut merasakan pahit getirnya kehidupan. Dia merasakan kerapuhan tubuh manusia yang fana, menderita dan mati. Kerelaan-Nya untuk memasuki kehidupan manusia dan menjadi sahabatnya bertujuan untuk mengangkat umat yang dikasihi-Nya itu dalam kemuliaan ilahi. Benarlah sabda-Nya, “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Demikianlah pernyataan kasih Allah yang meluap tanpa batas.

Sang Imanuel menyertai kita sampai saat ini. Ketika kehidupan makin carut-marut dengan berbagai kerusakan dan kejahatan, peperangan merobek persahabatan dan kemanusiaan, dan keseimbangan alam terganggu karena pengabaian kita, pada saat itulah kita diingatkan untuk kembali kepada Sang Imanuel, Allah beserta kita. Kehadiran-Nya memberikan harapan akan langit dan bumi yang baru, dan membuat kita terus bergiat menyatakan kabar baik bagi dunia. Sang Imanuel yang menyertai kita memberikan kita kekuatan untuk terus berkarya memperjuangkan cinta Tuhan dalam hidup saat ini dan di sini.

Sang Imanuel hadir beserta kita. Dia tidak saja mengutus, tetapi juga memberkati dan menyertai, sehingga perjuangan kita untuk menghadirkan apa yang baik itu tidak akan pernah sia-sia. Di tengah pergulatan hidup kita, marilah kita merasakan Allah beserta kita di setiap relung penderitaan dan kelegaan. Dia beserta kita, karena itu janganlah takut, teruslah berpaut kepada-Nya. Melangkahlah untuk menggapai setiap jiwa agar menyambut sapaan kasih Allah. Dia beserta kita, kini dan selamanya.

Pdt. Dahlia Vera Aruan

SAPA KASIH ALLAH
Lirik: Pdt. Dahlia Vera Aruan
Melodi: Thomas Suhardja

‘Ku menanti dalam rindu
Saat bumi terluka membiru
Saat berbeda merobek satu
Akankah rukun jumpa kita

Dia hadir mengubah dunia
Membasuh hati, meramu rasa
Merawat bumi, merajut asa
Pulihkan jiwa yang terluka

Ref:
Beritakan pada dunia, suarakan kebaikan
cinta-Nya
Sang Imanuel beserta kita, kemuliaan
hanya Dia
Bagi Sang Raja!

‘ku menanti dalam iman
Saat aku berseru tolonglah
Allahku hadir, menyapa diri
Merengkuh keraguan hati

‘ku menanti dalam karya
Tangan bekerja, mulut bersuara
Senandungkan kabar sukacita

Sudah lahir Sang Raja Syalom. Ref
Gloria in excelsis Deo
Gloria in excelsis Deo Ref

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Teologia
  • Puasa: Laku Spiritual di Masa Prapaska
    Dalam perjalanan hidup sebagai seorang Kristen, pernahkah kita berpuasa? Meskipun puasa sudah tidak asing dipraktikkan oleh umat Allah pada...
  • Kasih Terbesar
    Hakikat Penderitaan Yesus Paska, dalam kebiasaan orang Kristen, kurang mendapatkan posisi yang kuat ketimbang Natal dengan segala gemerlap dan...
  • Yesus: Milik Muslim Atau Kristen?
    sebuah dialog untuk menemukan ujung pemahaman bersama dalam perbedaan
    Dialog Antar Iman Hidup bersama dalam perbedaan sebenarnya wajar. Masalah baru timbul manakala perbedaan itu dijadikan alasan untuk tidak...
  • Merengkuh Terang
    Allah Pencipta Terang … dan Gelap Sebagai hal yang diciptakan pada hari pertama (Kej. 1:3), terang memiliki peran yang...
  • Laborare Est Orare
    menyikapi dikotomi ‘berdoa’ atau ‘bekerja’
    ‘Ora et Labora’ Kita mengenal akrab dan sangat memahami idiom yang artinya ‘Berdoa dan Bekerja’ ini. Sebuah prinsip yang...