Orang-orang Saduki yang tidak percaya pada kehidupan setelah kematian, datang kepada Yesus dengan menyodorkan sebuah kasus imajiner yang ekstrim tentang seorang perempuan yang menikah tujuh kali, tetapi ia tetap tidak memiliki anak. Lalu siapakah suami sah dari perempuan itu saat kebangkitan orang mati ? (ay.27-33)
Bagi orang-orang Saduki, Allah orang yang hidup dipahami hanya terjadi dalam kehidupan di dunia ini saja. Setelah manusia mati, ia tidak akan menemukan kehidupan sorgawi. Sedang bagi Yesus, Allah orang yang hidup dinyatakan dalam kehidupan di masa kini maupun dalam kehidupan setelah kematian. Itulah sebabnya Allah orang yang hidup memperkenalkan nama-Nya kepada Musa sebagai: Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub. Walaupun para bapa leluhur Israel tersebut telah wafat, mereka diperkenankan hidup abadi dalam persekutuan dengan Allah, sebab selama kehidupan mereka di dunia, mereka telah menghadirkan tanda-tanda keselamatan dan menjadi saluran berkat Allah bagi banyak orang.
Kristus telah melewati kematian yang ditakuti oleh banyak orang, pengalaman ini mau menunjukkan kepada umat yang percaya kepada-Nya bahwa Allah adalah Allah orang yang hidup, baik pada saat kehidupan ini maupun pada saat kematiannya. Karena itu hidup saat ini adalah masa untuk hidup bersama dengan Allah yang hidup dengan melakukan segala yang sudah diajarkan oleh Tuhan Yesus selama di dunia ini. Karena Allah adalah Allah yang hidup baik pada saat kita di dunia ini maupun setelah meninggalkan dunia ini, maka kita dipanggil untuk menghayati setiap saat dalam hidup kita sebagai benih keabadian, dengan demikian segala sesuatu yang kita hidupi di dunia ini tidak akan sia-sia.
(TT)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.