Setelah manusia mati, kemana? Konsep Surga atau Rumah Bapa menjadi misteri bagi banyak orang di Tesalonika, yang sebagian berasal dari non Yudaisme. Mereka beranggapan bahwa setelah kematian tidak ada pengharapan apa pun. Pemikiran yang berkembang saat itu “jangan takut pada kematian, karena pada saat kita hidup kita tidak mati dan pada saat kita mati kita tidak hidup”.
Memang ketika tidak ada kepastian tentang apa yang akan terjadi setelah kematian, hal ini akan menjadikan orang gelisah. Rasul Paulus memberikan peringatan sekaligus penghiburan dan peneguhan iman kepada jemaat di Tesalonika. “Jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.” (ay.13b). Kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian, merupakan jaminan bahwa setelah kematian masih ada kehidupan – masih ada pengharapan- .
Fokus kehidupan, jangan pada pikiran manusia yang kecil, sempit, melainkan bersandar pada kekuatan Allah yang besar, dinyatakan melalui firman-Nya, yang sekaligus menjadi lentera bagi perjalanan kehidupan manusia.
Kalimat “Jikalau kita percaya” menjadi sebuah penekanan yang penting (ay.14). Percaya berarti mengimani apa yang difirmankan oleh Tuhan, khususnya mengenai kebangkitan, sehingga orang yang percaya kepada Kristus, akan menjalani kehidupan ini dengan tenang, karena ada Keselamatan yang telah dijanjikan setelah manusia dipanggil kembali ke Rumah Bapa di Surga.
Oleh sebab itu hal yang sangat penting untuk dilakukan adalah menciptakan ruang dan waktu bagi kehadiran Allah agar menjadi penguasa dalam kehidupan kita, hanya dengan percaya bahwa Allah lebih besar daripada permasalahan yang dihadapi manusia, maka apa pun tantangan dan misteri yang dihadapi dapat dijalani dengan tenang bersama Roh Tuhan. (tt)
#MisteriRumahBapa #Allahitubesarkitaitukecil
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.