Aku telah Melihat Tuhan!

Aku telah Melihat Tuhan!

Belum ada komentar 35 Views

Selamat Hari Raya Paska! Apakah artinya? Rasanya siapa pun, entah awam entah teolog, bahkan entah percaya entah tidak-percaya, akan dapat menjelaskannya dengan terang dan baik. Tetapi bila ditanyakan mengapa Paska diperingati dan dirayakan, maka tidak semua orang akan dapat menjelaskannya secara memuaskan.

Barangkali hal itu dapat dibandingkan dengan berbagai bencana alam yang masih hangat dalam ingatan maupun indra kita. Apakah dan bagaimanakah itu? Siapa pun akan dapat menjelaskannya dengan terang dan baik. Tetapi banyak orang tidak tahu harus menjawab apa, bila kepada mereka ditanyakan: “Bagaimanakah rasanya mengalami bencana itu…?” Baru setelah bencana alam itu benar-benar terjadi, maka bagi yang mengalaminya, bencana itu bukan lagi sesuatu yang mereka tahu, tetapi sesuatu yang sungguh- sungguh dialami! Goncangannya, kepanikannya, ketakutan bahkan trauma sesudahnya, sebab bencana itu dialami secara pribadi.

Begitu pun dengan kebangkitan Kristus, yang merupakan puncak karya penyelamatan-Nya. Kepada para murid telah berulang kali, baik secara eksplisit maupun implisit, baik secara gamblang maupun melalui berbagai perumpamaan atau lambang-lambang, Yesus memberitahukan apa yang akan dialami dan dijalani-Nya. Namun toh itu belum cukup. Apa yang telah dilakukan Yesus tidak cukup bila hanya untuk diketahui. Karya penyelamatan Yesus haruslah juga dialami secara nyata, secara pribadi. Itulah sebabnya, Yesus Kristus menyatakan kebangkitan-Nya kepada murid-murid-Nya. IA datang kepada mereka, menemui mereka secara pribadi. Itulah sebenarnya Paska. Tuhan yang bangkit, datang menemui manusia secara pribadi.

Menarik untuk dicatat bahwa Paska mulai dari para wanita. Mengapa? Bukan semata- mata karena–seperti biasanya anggapan para pria–wanita adalah kaum yang lemah, sehingga Tuhan memerhatikan mereka. Tetapi justru karena di antara murid dan pengikut Yesus, para wanitalah yang setia mengasihi Yesus, apa pun yang terjadi. Dan dari antara para wanita itu, justru Maria Magdalena yang pertama kali ditemui Yesus yang bangkit.

Dan terjadilah! Yesus menemui Maria, menyatakan diri kepadanya. Rasanya tidak ada yang lebih indah daripada peristiwa ini: Maria yang mengasihi dan setia kepada- Nya, dan TUHAN yang menjawab kasih dan kesetiaan itu, dengan menyatakan diri kepada Maria! Tetapi ironisnya Maria Magdalena tidak mengenali Tuhannya.

Maria tidak dapat melihat Yesus Kristus yang bangkit, karena airmatanya! Sering kali begitu pun dengan kita. Buta terhadap sekeliling oleh kesedihan dan duka, yang sebenarnya demi diri kita sendiri. Maria dan juga kita, sedih bukan karena Yesus, tetapi karena diri sendiri yang kehilangan. Bukannya tidak boleh. Sebab hal itu memang wajar dan manusiawi. Tetapi bila berlarut-larut bisa berbahaya. Karena bisa lupa bahwa bukan hanya kesedihan dan kesulitan yang kita alami dalam hidup ini. Ada banyak juga hal lain bahkan karunia yang dapat terlupakan. Sehingga akibatnya kita luput mengenali Yesus.

Maria tak dapat melihat Yesus Kristus, karena tak mau melepaskan pandangannya dari kubur. Ia lupa pada pesan Yesus bahwa IA akan bangkit. Bahwa kematian sudah ditundukkan-Nya! Sering kali begitu pun dengan kita, tak dapat melepaskan diri dari perhitungan dan pertimbangan manusiawi kita. Lupa pada keterbatasan kita sebagai manusia. Lupa bahwa selalu ada hari esok. Ada harapan.

Syukur Yesus bukanlah Kristus, bila IA membiarkan Maria tidak mengenali-Nya. Ia lalu menyapanya secara pribadi, memanggil namanya: Maria…! Maka terjadilah! Maria mengenali Tuhannya. Maria mengalami kebangkitan secara nyata, bukan sekadar diingatkan kembali akan kata-kata Yesus tentang kebangkitan- Nya. Karena secara pribadi Maria telah bertemu dengan Yesus. Ia dipenuhi oleh sukacita sebagai konsekuensi kesetiaan dan kasihnya.

Maka berita yang kemudian dibawa oleh Maria kepada murid-murid lain, bukanlah sekadar bahwa Yesus hidup kembali, walau ini pun sangat luar biasa. Bukan pula sekadar bahwa Yesus membuktikan kebenaran kata-kata-Nya sendiri. Tetapi: Aku telah melihat Tuhan…! Dan inilah intisari iman Kristen. Seorang Kristen bukanlah seorang yang tahu tentang Kristus, tetapi seseorang yang secara pribadi mengenal-Nya. Bukan juga seseorang yang dapat sekadar membuktikan dan berargumentasi bahwa Yesus hidup, tetapi seseorang yang -seperti Maria Magdalena,- secara nyata dan konkret mengalami bahwa Yesus hidup!

Maka itu pertanyaannya bagi kita pada saat ini, setelah entah berapa kali kita merayakan Paska, apakah kita seperti Maria Magdalena juga dapat mengatakan: ‘Aku telah melihat Tuhan…?’ Apakah kita sekadar tahu tentang Kristus, ataukah kita benar-benar mengenal Dia? Apakah kita sekadar percaya dan mengamini bahwa Tuhan berkuasa dan bangkit, ataukah kita juga secara pribadi mengalami penyertaan dan pimpinan Tuhan dalam segala segi kehidupan kita setiap hari?

Dan bila kita jujur terhadap diri kita sendiri dan terhadap Tuhan, sebenarnya kita tak lebih baik daripada Maria Magdalena. Mata kita kerap kali tertutup oleh beban, persoalan, penderitaan dan banyak lagi. Bahkan juga ketakutan kita akan maut, sehingga kita tidak mengenali tangan Tuhan yang setia menuntun kita. Seperti Maria kita juga kerap gagal melepaskan pandangan kita dari apa yang menurut kita baik, benar, dan tepat. Akibatnya sesama kita, bahkan Tuhan dan kehendak-Nya, luput dari penghayatan kita. Kita hidup bagi dan berpusat pada diri kita semata.

Tetapi Yesus bukan Kristus bila IA membiarkan kita tidak mengenali-Nya. Saat ini IA juga memanggil kita secara pribadi, memanggil nama kita satu-persatu. Namun seperti pada Maria dibutuhkan juga dari kita kesetiaan dan kasih, keberanian dan kesediaan untuk berani tetap melihat kepada Yesus dalam hidup ini, betapa pun berat dan sulitnya. Maka kiranya, kita pun dapat mengatakan bahwa kita benar-benar mengalami hidup bersama Tuhan dan bahwa “…kita telah melihat Tuhan dalam hidup kita masing-masing…!”

 

Pdt. Purboyo W. Susilaradeya

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Renungan
  • Allah hadir bagi kita
    Biarkanlah, biarkanlah itu datang, ya Tuhan. Kami berdoa pada-Mu, biarkanlah hujan berkat turun. Kami menanti, kami menanti. Oh hidupkanlah...
  • MENCINTA DENGAN SEDERHANA
    Aku Ingin Aku ingin mencintaimu ciengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu...
  • SULUNG DALAM PALUNGAN
    Persekutuan Perempuan Jumat, 9 Desember yang lalu, temanya adalah “Cinta dalam Kesederhanaan”. Saya jadi ingat puisi Sapardi Djoko Damono,...
  • MELAYANI ITU INDAH
    Ketika kita berbicara tentang “melayani” maka hal ini sangat dekat dengan kehidupan Kristiani. Melayani (Yunani: diakoneo artinya to be...