“… apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.” (Yoh. 12:32)
Kedatangan Yesus ke dunia menimbulkan dua pihak. Pertama, yang percaya pada-Nya dan mau menjadi pengikut-Nya. Kedua, yang menolak dengan keras. Bagaimana menjelaskan hal ini? Apakah orang menjadi pengikut-Nya karena kemauan sendiri? Atau, karena suruhan orang lain? Alkitab tegas menyatakan bahwa hanya karena panggilan Tuhanlah, orang menjadi percaya.
Menjelang kematian-Nya, Yesus menjelaskan, “… apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.” Menurut Yohanes, ucapan Yesus itu menjelaskan cara-Nya Ia akan mati, yaitu melalui penyaliban. Di pihak lain, kematian Yesus di salib menjadi seperti magnet yang menarik orang yang melihatnya untuk percaya bahwa Dia adalah Anak Allah. Menurut catatan Injil-injil Sinoptik, ketika Yesus mati, kepala pasukan yang menjaganya menjadi sangat takut, sebab terjadi gempa bumi. Lalu ia berkata, “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.”
Salib menimbulkan rasa takut yang dahsyat, sekaligus rasa kagum luar biasa. Rasa takut timbul, sebab dosa telah dicampakkan dan dihukum dengan keras. Rasa kagum timbul karena ternyata, Allah sungguh mengasihi manusia berdosa, sehingga membebaskannya dari hukuman maut. Kita menjadi umat-Nya, bukan karena kemauan sendiri, ajakan teman, atau suruhan orang lain, melainkan hanya karena Tuhan sudah memanggil kita dan memberi iman! [Pdt. (Em.) Ferdinand Suleeman]
REFLEKSI:
Tuhan memanggil manusia menjadi umat-Nya. Manusia dapat menyambut atau menolak panggilan itu.
Ayat Pendukung: Yer. 31:31-34; Mzm. 51:1-14; Ibr. 5:5-10; Yoh. 12:20-33
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.