Sudah jamak dibayangkan oleh banyak orang Kristen di Indonesia bahwa yang dimaksud dengan “pokok anggur” di dalam ucapan Yesus (Yoh. 15:1) adalah batang utama yang besar dan kita semua adalah ranting-ranting kecil yang menempel pada batang besar itu.
Mungkin yang kita bayangkan adalah sebuah pohon biasa. Padahal, batang utamanya sendiri kecil, namun seluruh pohon anggur bisa jadi sangat lebat karena ranting-ranting yang saling melingkar dan saling melilit. Yesus tidak berkata bahwa Ia hanyalah batang pohon anggur; namun, Yesus sebenarnya berkata bahwa Ia adalah seluruh pohon anggur itu. Ranting-ranting pohon tersebut—Anda dan saya—menjadi bagian dari seluruh pohon anggur itu. Maka, Alkitab terjemahan Klinkert pada tahun 1863 agaknya lebih pas menggambarkan maksud asli Yesus dalam Yohanes 15:1,““Akoe ini pohon-anggoer jang betoel.”
Anggur yang benar? Lantas apakah ada pohon anggur yang salah? Jika kita membaca Perjanjian Lama, acap kali Israel digambarkan sebagai pohon anggur yang diharapkan bertumbuh sehat dan berbuah lebat. Namun, mereka gagal. Jika Anda punya cukup waktu, bacalah teks-teks berikut ini: Hosea 10:1-2; Yesaya 5:1-7; Yeremia 2:21; Yehezkiel 15:1-5; Mazmur 80:8-16.
Hari ini, kita menikmati Perjamuan Kudus. Resapilah sapaan Yesus, “Akulah pokok [pohon] anggur yang benar.” Roti dan anggur yang kita nikmati kiranya makin meyakinkan kita, bahwa keselamatan itu pasti, karena kita diam di dalam Kristus, pohon anggur yang benar. Bersamaan dengan itu, kita membuka rangkaian Bulan Keluarga. Yesus sebagai pohon anggur yang benar juga menjadi sebuah pernyataan iman, bahwa keluarga kita hidup hanya di dalam Yesus Kristus. Tak ada cara lain …
ja
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.