Beberapa kejutan dari dunia olahraga di awal tahun 2019 ini. Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon—pasangan ganda putra bulu tangkis kita, yang menduduki peringkat satu dunia dan melegenda pada tahun 2017 dan 2018—akhirnya mengalami kekalahan dan gagal membuat hattrick—tiga kali juara berturut-turut—di kejuaraan All England 2019. Bukan hanya di All England, mereka juga kalah di beberapa turnamen lain sesudahnya. Sebaliknya, pasangan senior Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan, akhirnya kembali menjuarai All England 2019 setelah pertama kali menjadi juara pada tahun 2014.
Tiger Woods—pegolf legendaris dari Amerika dan mantan pegolf nomor satu dunia—akhirnya kembali berhasil menjuarai Masters Tournament setelah 14 tahun, pada tanggal 14 April yang lalu. Terakhir kali ia menjuarai turnamen ini pada tahun 2005, setelah sebelumnya menjuarai turnamen ini sebanyak 4 kali. Banyak orang ragu bahwa ia bisa menjadi juara lagi, mengingat cedera punggung dan lutut yang dideritanya, tetapi akhirnya ia dapat membuktikan bahwa ia masih perlu diperhitungkan oleh lawan-lawannya.
Marc Marques—juara dunia MotoGP tahun 2018 yang disebut-sebut sebagai “raja” di sirkuit Austin, Texas—akhirnya harus menyerahkan mahkotanya kepada pembalap lain karena gagal menjuarainya kembali pada tanggal 15 April yang lalu. Ia terjatuh dan tidak dapat melanjutkan balapannya, padahal ia telah menjuarai balapan di sirkuit itu selama enam tahun berturut-turut.
Masa kampanye Pilpres dan Pileg akhirnya berakhir juga. Lelah rasanya mengikuti berita-berita sepanjang masa kampanye ini. Banyak orang merasa paling pandai, paling benar, paling tahu, paling hebat, paling pancasilais, paling nasionalis, paling agamis dan paling-paling yang lain. Setelah sembilan bulan masa kampanye, semua sampah visual berupa berbagai spanduk dari berbagai ukuran, akhirnya diturunkan. Semua foto caleg yang ganteng-ganteng dan cakep-cakep—walaupun pada kenyataannya tidak sebegitunya—akhirnya bersih juga dari pemandangan kita. Pohon-pohon dan tiang-tiang listrik kembali bersih. Akhirnya kita semua bisa ikut memilih dan mendapatkan Presiden dan Wakil Presiden yang akan memimpin negeri kita untuk lima tahun ke depan. Kita patut bersyukur bahwa selama masa kampanye dan di hari pencoblosan, suasana relatif berjalan dengan aman dan damai, meskipun sebelumnya banyak ancaman dan hoax yang mengatakan akan terjadi situasi yang chaos. Walaupun demikian, kita tetap harus waspada karena hasil perhitungan suara masih berlangsung dan segala kemungkinan masih bisa terjadi.
Melalui Via Dolorosa, akhirnya semua penderitaan Yesus berakhir di kayu salib. Semua nubuat sudah digenapi dan akhirnya seluruh manusia mendapatkan pengampunan melalui darah Yesus. Kebangkitan Yesus—selain menggenapkan nubuat—juga menunjukkan bahwa Dia berkuasa atas kematian. Kematian dan kebangkitan Yesus merupakan karya penyelamatan Allah untuk manusia.
Sepanjang periode masa sengsara, penyaliban sampai dengan kebangkitan Kristus merupakan rangkaian peristiwa yang sarat makna. Semua yang terjadi bukanlah sebuah kebetulan, melainkan sebuah rencana besar Allah karena cinta kasih-Nya kepada manusia, kepada kita semua. Kalau Allah saja sudah memberikan pengorbanan yang begitu besar melalui kesengsaraan dan kematian Yesus Kristus, lantas apa yang kita berikan kepada-Nya sebagai balasan?
Memang kita mengenal ungkapan bahwa manusia boleh berencana, tetapi Tuhan yang menentukan. Ungkapan itu bukan berarti bahwa kita memasrahkan segala-galanya kepada Tuhan. Kita diberi kebebasan untuk berkreasi, membuat rencana, dan melakukannya. Kita hanya bisa berharap, tetapi tidak bisa menentukan. Hanya Tuhan yang Maha Kuasa yang akhirnya menentukan. Semua yang telah ditentukan oleh Tuhan, pasti merupakan hal yang terbaik dan pasti mengandung pesan atau maksud tertentu. Kita sebagai manusia sering kali berpikir terbalik: kita mencari maksud Tuhan dulu, baru kemudian melakukan atau mengerjakannya sesuai dengan maksud itu.
Yang benar adalah bahwa segala sesuatu yang kita lakukan dan kerjakan, kita lakukan dengan sebaik-baiknya, dengan segenap hati dan dengan bersungguh-sungguh, selebihnya kita serahkan kepada Tuhan. Pasti Dia akan memberikan yang terbaik untuk kita.
Akhirnya, kita harus menerima apa yang Tuhan berikan kepada kita, karena itulah yang terbaik. Salam damai!
>> Sindhu Sumargo
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.