Hiruk pikuk perayaan Natal menjadi acara yang dinanti banyak orang. Tunjangan hari raya, liburan, hadiah, lagu indah, barang-barang baru, dan hal lainnya membangkitkan kesenangan.Pertanyaan reflektifnya, apakah kesenangan itu mengganggu kita untuk menghayati hakikat Natal?
Me Era, itu sebutan untuk zaman ini. Zaman yang diisi orang-orang yang berkecenderungan sangatkuat untuk mengarahkan kehidupan hanya pada diri sendiri. Sebenarnya dari dahulu, setiap manusia memiliki dorongan kuat untuk menjadikan dirinya sebagai pusat semesta. Hal lain di luar dirinya adalah pelengkap, pemenuhan kebutuhan, atau hanya sekadar pemanis penderita.Pada siapa fokus Natal itu? Yesuslah! Sang Bayi Natal itu sendiri, bukan? Tentu merasakan kesenangan dan kebahagiaan Natal itu sah-sah saja, tetapi kebahagiaan yang terdalam itu justru karena proses pengenangan kembali bagaimana Allah dengan kasih-Nya mengaruniakan Putra Tunggal- Nya. Karena luapan kebahagiaan kelahiran Yesus itulah kesenangan lahir dalam jiwa. Kesenangan yang meluap karena kehadiran SangKristus itulah yang akan mendorong kita membagikannya kepada sesama.
Kesenangan yang berpusat pada diri sendiri tidak memiliki daya dorong keluar, tetapi menyerap kedalam. Pemusatan kemeriahan Natal pada diri sendiri di Me Era akan mendatangkan kegagalan untuk membawa damai Natal itu menyapa dunia. Bahkan kesenangan modelini menutup ruang untuk lahirnya Sang Bayi Kudus itu dalam hati dan kehidupan kita. Adakah tempat bagi- Nya dalam hidup Anda?•
»Pdt. Bonnie Andreas
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.