Hari ini kita merayakan minggu transfigurasi. Sebuah hari minggu yang menjembatani dan sekaligus menjadi masa peralihan dari Epifani ke masa pra Paskah. Tidak lama lagi murid-murid akan menjalani ‘perjalanan sengsara’ menuju Golgota. Tentu akan banyak pergumulan dalam perjalanan itu. Dalam perjalanan semacam itu, ‘kemuliaan masa depan’ akan menjadi penyemangat dan penguat para murid untuk menghadapi penderitaan yang menunggu di depan.
Sebagai titik peralihan perjalanan pelayanan Yesus, maka transfigurasi lalu menjadi penting. Yesus ber metamorphosis, dan nampak dalam tubuh kebangkitan. Dia bukan sekedar guru yang berjalan bersama muridNya, tetapi Penguasa alam semesta! Konsekwensi logis dari transfigurasi Yesus adalah: “Dengarkanlah Dia!”. Ikuti jalan pelayananNya, meskipun harus melewati duka dan derita. Karena pada waktunya, ‘kemuliaan masa depan’ akan segera terwujud.
Jalan derita, adalah jalan mulia yang harus kita lewati bersama, ketika kita mau ‘mendengarkan Dia’. Salib bukan sekedar simbol gerejawi, tetapi pelayanan nyata kita, ketika kita memberi diri buat sesama yang menderita. Justru melalui karya pelayanan semacam itulah, visi masa depan yang baik sedang kita wujudkan. Tidak ada kebangkitan tanpa kematian!
Persoalannya, siapkah kita melangkah di jalan deritaNya? Atau kita lebih senang ‘mendirikan kemah’ tinggal dalam angan kemuliaan serta melarikan diri dari realita yang masih membutuhkan kehadiran kita? Yesus mengajak murid-muridNya turun dari gunung kemuliaan itu. Dunia yang gelap masih membutuhkan pelayananNya. Derita harus dihadapi. Begitu juga dengan pelayanan kita saat ini. Jangan melarikan diri dan hanya tinggal dalam angan kemuliaan. Layanilah sesama, karena justru di situlah terletak kemuliaan kita!
RDJ
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.