Bekerja

Bekerja

1 Komentar 241 Views

Ditinjau dari karya Sang Anak Manusia melalui perspektif Penatalayanan, kami berbagi dan berdiskusi tentang hakikat manusia yang perlu bekerja. Tuhan kita adalah Tuhan yang bekerja sejak awal penciptaan manusia sampai sekarang. Para rasul pun bekerja sambil mengabarkan Injil. Karena itu kita juga harus bekerja keras untuk melayani Tuhan, memenuhi kebutuhan hidup kita, dan membantu orang lain.

Bekerja adalah sebuah kata yang sering kita ucapkan dan dengar setiap hari. Sebagian besar waktu kita, terutama yang hidup di kota-kota besar, juga dipergunakan untuk bekerja. Dalam seminggu, lima atau enam hari kita pergunakan untuk bekerja. Bekerja sudah menjadi rutinitas keseharian kita, sehingga hakikat dari bekerja itu akhirnya sering terlupakan. Pada umumnya, bekerja dipersepsikan hanya untuk mencari uang atau penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan juga untuk menambah harta kekayaan bagi sebagian kecil masyarakat kita. Pemahaman seperti ini tidak salah, tetapi hakikat dari bekerja sebenarnya jauh lebih bermakna daripada sekadar materi.

Bekerja tidak kalah pentingnya dengan beribadah di gereja, mengikuti persekutuan rohani, ataupun kegiatan-kegiatan lain yang bersifat kerohanian. Kegiatan rohani memang penting, tetapi bekerja juga penting. Ada pemahaman yang keliru di dalam sekelompok masyarakat yang menganggap kegiatan rohani jauh lebih penting ketimbang bekerja. Hakikat dari manusia itu sendiri adalah bekerja. Hidup untuk bekerja. Karena itu, bekerja dan kegiatan spiritual mempunyai nilai yang sama.

Sejak diciptakan, manusia sudah diperintahkan untuk bekerja. Dalam kitab Kejadian, Tuhan memerintahkan manusia pertama, Adam, untuk mengusahakan dan memelihara Taman Eden yang diperuntukkan bagi manusia (Kej 2:15). Oleh karena itu, manusia harus bekerja bukan karena sudah jatuh dalam dosa. Sebelum dosa ada, manusia sudah harus bekerja. Akan tetapi, setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa, manusia harus bekerja untuk hidup, manusia harus bersusah payah mencari nafkah (Kej 3:17).

Semua pekerjaan yang tidak melanggar hukum Allah bernilai sama di hadapan Tuhan. Ada beberapa contoh di dalam Injil di mana Tuhan Yesus menyatakan diri sebagai gembala dan pelayan, yang merupakan pekerjaan yang dianggap rendah oleh  masyarakat zaman dulu dan bahkan sampai sekarang. Meskipun demikian, sesungguhnya semua pekerjaan yang dilakukan dengan jujur dan takut akan Tuhan diberkati oleh-Nya. Tentu hal ini berbeda dengan bekerja sebagai pencuri, perampok, pelacur, dan sebagainya, yang tidak sesuai dengan perintah Allah.

Tuhan kita adalah Tuhan yang selalu bekerja, sejak penciptaan sampai sekarang dan di masa yang akan datang, Ia bukan Tuhan yang tinggal diam berleha-leha di surga. Tuhan bekerja dengan menciptakan dunia ini beserta segala isinya sehingga semuanya menjadi baik. Dalam Perjanjian Lama, kita membaca bagaimana Tuhan bekerja menyertai bangsa Israel menuju Tanah Perjanjian, dan setelah itu pun Tuhan masih tetap hadir bersama umat-Nya. Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia adalah bukti nyata bahwa Ia terus bekerja untuk menebus dosa manusia.

Dalam Perjanjian Baru, kita juga bisa melihat bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang selalu bekerja. Di dalam Markus 16:20 disebutkan, “Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.” Yohanes 9:4 mengatakan, “Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” Roma 8:28 pun menulis, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Wafatnya Tuhan Yesus di kayu salib merupakan karya penebusan dosa manusia, suatu pengorbanan fenomenal dalam cara Tuhan bekerja untuk menyelamatkan manusia.

Setelah Yesus naik ke surga, para murid Tuhan Yesus mengabarkan kabar gembira keselamatan itu ke seluruh penjuru dunia, dan tetap bekerja. Panggilan untuk melayani Tuhan dengan mewartakan Injil itu tidak menyebabkan mereka lupa atau tidak perlu lagi bekerja. Dalam Kisah Para Rasul  20:34 dikatakan, “Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku.” Di dalam 1 Tesalonika 2:9, Paulus juga menulis, “Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu.” Melaksanakan pelayanan bagi kemuliaan kerajaan Allah tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak bekerja atau malas-malasan bekerja.

Tuhan kita adalah Tuhan yang terus bekerja. Para murid Tuhan Yesus juga bekerja untuk kebutuhan jasmani mereka, dan pada saat bersamaan juga menyebarkan Injil ke berbagai belahan dunia. Kita juga harus bekerja untuk kebutuhan jasmani, dan beribadah kepada Tuhan untuk kebutuhan rohani. Dikotomi seperti ini tidaklah terlalu tepat, karena bekerja bisa juga merupakan bagian dari ibadah kita kepada Tuhan. Untuk bisa beribadah dengan baik, kondisi jasmani kita harus mendukung, dan pemenuhan kebutuhan jasmani ini didapat dari bekerja.

Manusia yang tidak bekerja, jelas bukanlah manusia yang berkenan bagi Tuhan. Perumpamaan tentang talenta yang sering kita dengar atau baca, adalah perintah Tuhan yang dengan tegas mengatakan bahwa kita yang sudah diberi berkat oleh Tuhan, harus bekerja untuk mengusahakan agar berkat titipan Tuhan itu bertambah banyak.

Dalam Perjanjian Baru, kita membaca bahwa jemaat Tuhan pernah ditegur karena tidak bekerja. Salah satu ayat yang sering dikutip adalah 2 Tesalonika 3:10, “Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” Ayat tersebut dilanjutkan di 2 Tesalonika 3:11 dengan, “Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna.”

Sebagai umat Kristen, kita tidak cukup hanya bekerja tapi kita juga harus bekerja keras. Kita harus bekerja keras untuk mendapat penghasilan yang berlebih sehingga bisa memberi kepada yang kekurangan. Akan lebih bijak lagi, bila dari hasil kerja keras kita, kita bisa membuka kesempatan bekerja bagi orang lain yang membutuhkannya sehingga mereka pun bisa memenuhi kebutuhan hidup dari hasil pekerjaan mereka.

Perintah untuk bekerja keras dapat kita temukan dalam Perjanjian Baru, misalnya Efesus 4:28, “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang kekurangan.”

Perintah untuk membantu orang lain bisa kita baca di dalam Kisah Para Rasul 20:35, “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.”

Patut juga dicatat bahwa kerja keras kita harus cerdas, tidak sekadar bekerja keras, namun harus bisa menghasilkan uang berlebih untuk dapat menolong orang lain.

Materi hasil kerja keras kita adalah milik Tuhan. Manusia diberi talenta oleh Tuhan untuk menghasilkan lebih banyak talenta lagi yang harus dikembalikan kepada-Nya. Semua yang kita kuasai di dunia ini adalah milik Tuhan, yang diserahkan kepada kita untuk dipergunakan bagi kemuliaan kerajaan Allah. Kita bisa memiliki materi yang kita punyai sekarang hanya karena perkenan Tuhan.

Oleh karena itu dalam bekerja, kita tidak hanya bertanggung jawab kepada manusia yang memberikan pekerjaan, atasan kita, pemegang saham perusahaan, atau pun pelanggan atau klien kita, tetapi kepada Tuhan Allah kita sebagai pemilik mutlak atas semua yang ada di dunia ini, termasuk kekayaan pemegang saham perusahaan atau pelanggan  atau klien kita. Sehingga gambar struktur organisasi perusahaan akan menjadi seperti berikut:

Dalam masyarakat kita, ada pemahaman yang membedakan antara berdoa dan bekerja, seolah-olah keduanya merupakan kegiatan yang terpisah. Pada umumya, kita akan diminta berdoa sebelum dan sesudah melakukan suatu aktivitas, termasuk bekerja. Dikotomi seperti ini bisa mengaburkan makna yang hakiki dari kedua kegiatan ini. Salah satu cara berdoa yang benar adalah bekerja dengan penuh tanggung jawab serta disiplin.  Bekerja dengan penuh tanggung jawab dan disiplin adalah doa dan ibadah kepada Tuhan. Selamat bekerja.

Ali Rahman, Tim Friday Fellowship

1 Comment

  1. j sunyoto

    Saloom
    Terima kasih saya sudah dapat memperoleh bahan kajian tentang bekerja, karena saya akan menulis tentang ekonomi jemaat di majalah gereja saya GKJ Kabluk.
    Semoga dilain waktu kita dapat sering tenatng materi yang lain, karena begroun saya adalah ekonomi akuntansi yang ingin menulis tentang ekonomi
    selamat bekerja

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Artikel Lepas
  • Kami Juga Ingin Belajar
    Di zaman ini, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat, manusia justru diperhadapkan dengan berbagai macam masalah...
  • KESAHAJAAN
    Dalam sebuah kesempatan perjumpaan saya dengan Pdt. Joas Adiprasetya di sebuah seminar beberapa tahun lalu, ia menyebutkan pernyataan menarik...
  • Tidak Pernah SELESAI
    Dalam kehidupan ini, banyak pekerjaan yang tidak pernah selesai, mulai dari pekerjaan yang sederhana sampai pekerjaan rumit seperti mengurus...
  • Mengenal Orang Farisi
    Bedah Sejarah Israel Di Masa Yesus
    Arti Kata Farisi Kata Farisi—yang sering diterjemahkan sebagai ‘memisahkan/terpisah’— menunjukkan sikap segolongan orang yang memisahkan diri dari pengajaran—bahkan pergaulan—...
  • Mengenal Sosok Herodes
    Bedah Sejarah Israel Di Masa Yesus
    Herodes dalam Injil Banyak orang tidak terlalu menaruh perhatian pada sosok Herodes dalam Injil. Kebanyakan mereka hanya tahu bahwa...