Segenap warga GKI PI yang saya kasihi, apakabar?
Senang sekali bisa kembali mengisi di KASUT bulan ini. Tidak terasa sudah 6 bulan lebih saya berada di Korea. Walaupun setengah tahun sudah berlalu, setiap hari Minggu datang, hal pertama yang saya ingat ketika bangun tidur adalah GKI Pondok Indah. Betapa saya rindu pergi ke kebaktian remaja dan pemuda, bertemu teman-teman seiman, mengikuti rapat, dan sebagainya.
Ketika saya menulis artikel ini, saya sudah berhasil melalui musim dingin yang benar-benar dingin, dan sekarang sudah memasuki musim semi. Udara sudah semakin hangat, sekitar 7-13 derajat Celcius. Pohon-pohon yang sudah menggundul kini mulai dihiasi bunga-bunga.
Terkadang saya berpikir, kalau saja orang-orang yang saya kasihi bisa ada bersama saya saat ini, pasti akan lebih meyenangkan.
Selama saya di sini, tentunya ada masa di mana saya merasa homesick dan kesepian. Masa di mana saya merasa ingin pulang–bukan dalam arti saya tidak suka di sini–bagaimanapun, home is the place where our heart is, right? Ada saat di mana saya bertanya pada Tuhan, mengapa saya harus menjalani kehidupan ini sendirian?
Sebuah pertanyaan yang sangat mementingkan diri sendiri, memang. Namun secara alamiah keluar dari lubuk hati manusia.
Namun pada kenyataannya, walaupun saya ditempatkan di universitas yang tidak memiliki mahasiswa Indonesia lain selain saya, dan mayoritas siswa yang ada tidak dapat berbicara dalam bahasa Inggris, meskipun bahasa Korea saya masih jauh dari sempurna… saya tidak pernah sendirian. Betapa saya melihat tangan Tuhan bekerja melalui orang-orang di sekitar saya. Betapa saya merasakan kasih Tuhan yang begitu dalam, mengangkat saya yang sempat terjatuh, bagaikan ada suara yang berbisik di telinga saya: ”Jangan menyerah. Aku ada bersamamu”.
Pada akhirnya, saya mulai dapat melihat segala sesuatu dari perspektif yang baru. Ketika kita melihat kehidupan ini dari kacamata Tuhan, segala sesuatu akan terasa lebih baik, karena seburuk apa pun, sesedih apa pun, se-kesepian apa pun keadaan kita, kita tahu bahwa apa yang terjadi sekarang adalah proses yang Tuhan pakai untuk masa depan yang lebih baik. Ketika kita mempercayakan secara penuh segala pergumulan kita pada Tuhan, dan meyakini bahwa Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik untuk kita, hati kita menjadi lebih ringan menjalani segala kesulitan hidup ini.
Pada akhirnya, saya dapat mencintai Korea dan kehidupan di dalamnya, dan mensyukuri kesempatan yang Tuhan berikan pada saya untuk dapat menuntut ilmu di tempat ini, juga kesempatan untuk dibentuk menjadi sosok yang lebih dewasa dan mandiri.
Banyak sekali kebaikan Tuhan yang saya rasakan selama saya di sini. Namun yang paling berkesan terjadi di bulan November tahun lalu, bulan di mana saya merasa sangat rindu akan rumah, saat di mana saya merasa kesepian.
Ketika itu, saya hendak mengambil Alkitab saya dari rak buku, dan tiba-tiba sebuah selipan Alkitab terjatuh. Selipan Alkitab itu diberikan kepada saya oleh salah satu jemaat GKI Pondok Indah sebelum saya berangkat, dan di dalam selipan itu tertulis:
Dear Metta,
Selamat meniti masa depan, meraih cita-cita.
Sukses selalu, Tuhan memberkati.
Bila Metta merasa kesepian di negeri orang,
ingatlah bahwa Metta tidak sendirian, ada Tuhan yang setia
di sampingmu & menemanimu. Selamat berjuang.
That’s it. a simple bookmark, that changed everything. How come it dropped, and I read it at the perfect time? It was God’s work. He always has a way, when we feel there is no way.
Tuhan selalu punya rencana indah bagi kehidupan kita dan ini bukan sekadar kalimat klise belaka, dan ingatlah selalu bahwa apa pun kesulitan yang Anda alami, Anda tidak pernah sendirian melaluinya. Tuhan ada bersama Anda, dan Dia dapat Anda andalkan.
Terkadang yang harus kita lakukan hanyalah percaya. Sudahkah Anda mempercayakan kehidupan Anda seluruhnya kepada-Nya?
Salam saya untuk seluruh warga GKI Pondok Indah.
Metta Niham, from Korea with love 🙂
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.