Hanya untuk sesaat Aku meninggalkan engkau, tetapi karena kasih sayang yang besar Aku mengambil engkau kembali. (Yesaya 54:7)
Belakangan ini, setelah terbitnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, banyak kasus di mana guru dipolisikan, bahkan dipenjarakan, karena dianggap melakukan kekerasan terhadap murid. Memang, ada kalanya seorang guru bertindak keterlaluan dalam mendidik muridnya sehingga berujung pada kekerasan. Namun, guru yang baik pasti menginginkan yang terbaik untuk masa depan muridnya. Guru, sebagai pendidik, wajib memberikan teguran, bahkan hukuman untuk membimbing muridnya menjadi manusia yang baik.
Allah pun demikian. la tidak pernah membenci manusia, sekalipun manusia terus melakukan kesalahan. Allah tetap memiliki cinta bagi manusia. Allah selalu mau mengampuni dan memperbarui hidup kita. Namun, itu tidak berarti bahwa Allah membiarkan kita melakukan dosa. Allah tidak pernah berkompromi dengan dosa. Allah juga memberikan hukuman kepada manusia yang tidak mau taat pada perintah-Nya. Bukan untuk membinasakan, tetapi untuk memperbarui hidupnya.
Kita, sebagai orangtua, memiliki kewajiban mendidik anak-anak kita. Sebagai atasan, kita harus membimbing bawahan kita. Sebagai pemimpin, kita harus menghadirkan kebaikan bagi masyarakat. Apa yang sudah benar harus kita dukung, dan apa yang belum benar harus kita arahkan. Kadang, kita harus bersikap tegas, bahkan memberikan hukuman. Namun, semua tindakan itu harus didasarkan pada kasih dan ditujukan untuk kebaikan. [Pdt. Christa Charisda Hulu]
DOA:
Tuhan, penuhilah hati kami dengan cinta-Mu dan ajarlah kami untuk selalu bertindak dengan cinta. Amin.
Ayat Pendukung: Yes. 54:1-10; Mzm. 124; Mat. 24:23-35
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.




Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.