Gehazi, hamba Elisa, abdi Allah itu, berkata, “… Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya aku akan berlari mengejar dia dan akan menerima sesuatu darinya’.’ (2 Raja-raja 5:20)
Maruk atau kemaruk adalah bahasa gaul yang berarti serakah, rakus, tamak, dan berlebihan dalam berbagai hal. Sifat maruk muncul karena keserakahan dan dorongan untuk selalu memanfaatkan kesempatan. “Ada kesempatan, sayang bila dilewatkan,” kilah orang yang maruk.
Itulah Gehazi, hamba Nabi Elisa. Gehazi adalah orang yang serakah. Ketika ia melihat ada kesempatan untuk mendapatkan lebih, maka ia menggunakan kesempatan itu. Kesempatan itu dilihatnya ketika Na’aman, panglima Raja Aram yang sudah sembuh atas petunjuk Nabi Elisa, ingin memberi tanda terima kasih. Na’aman mendesak Nabi Elisa untuk menerima pemberian sejumlah materi. Elisa menolak. Elisa ingin Na’aman mengetahui bahwa Allah Israellah yang menyembuhkannya. Gehazi yang kemaruk mengejar Na’aman. Untuk mendapatkan materi dari Na’aman, ia berbohong. la memakai nama Nabi Elisa agar Na’aman percaya dan mau memberikan sejumlah materi. Orang yang serakah akan melakukan apa pun, termasuk perbuatan yang haram, untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. la berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya. Namun, penyakit kulit Na’aman menghinggapi Gehazi dan keturunannya selama-lamanya.
Maruk terhadap materi, jabatan, atau makanan sering kali dianggap sebagai hal yang umum. Kita perlu menyadari bahwa sikap maruk pasti akan mencelakai kita dan keluarga kita. Maruk juga membuat kita menjauh dari Allah. [Pdt. Em. Dianawati S. Juwanda]
DOA:
Tuhan, jauhkanlah sifat maruk dari kami sekeluarga. Kami mau terus menjadi berkat bagi orang lain. Amin.
Ayat Pendukung: 2 Raj. 5:19b-27; Mzm. 61; Ef. 6:10-20
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.