Pengkhotbah melihat usaha dan jerih payah manusia dengan pesimis. Lukas menegaskan tindakan yang hanya mengarahkan pada materi adalah sebuah kebodohan sebab kelimpahan itu tidak berdampak apapun pada dirinya. Pandangan ini tidak bermaksud menampiknya perlunya kebendaan atau materi untuk menopang hidup namun hakikat hidup lebih dari keletihan mencari atau menumpuk materi.
Dunia kita makin matrialistik, segala sesuatu diukur dengan seberapa banyak yang ia miliki bahkan kepemilikan dapat menaikkan derajat status sosial seseorang. Kepemilikan menandai pentingnya seseorang dan setiap kali kita disuguhi pemikiran bahwa hidup adalah soal kelimpahan materi.
Materi pada dirinya netral, dia dapat menjadi baik atau buruk tergantung pengelolaan manusia. Materi dapat menjadi berkat ketika diarahkan pada kehendak Allah, Sang pemelihara kehidupan yang setia. Ada saat kita berkelimpahan, ada saat kita berada dalam kekurangan dan kesulitan. la tetap hadir dalam hidup, tak pernah pergi meninggalkan kita. Di dalam Dia, kita diberi hikmat untuk bergantung pada Allah baik di tengah kelimpahan maupun kekurangan. Kita diberi hikmat untuk mengelola materi sebagai alat menopang kehidupan bersama dengan baik.
Perjamuan Kudus yang kita terima saat ini adalah bukti dari penyertaan Allah yang tak tergantikan oleh apapun. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya. Perjamuan juga mengingatkan kita untuk duduk bersama dan menikmati berkat Tuhan bersama-sama di satu meja. Ini adalah panggilan kita untuk berbagi, menjaga kehidupan bersama agar setiap orang hidup dalam kecukupannya. (dva)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.