Marilah kita berbaring dengan rasa malu, dan biarlah noda kita menyelimuti kita, sebab kita telah berdosa kepada TUHAN, Allah kita,… (Yeremia 3:25)
Seorang pemuda yang sudah lama tidak datang ke gereja menghubungi pendeta untuk bercakap-cakap. Ia mengatakan bahwa ia sudah lama tidak beribadah pada hari Minggu karena ia menganggap dirinya tidak layak. Ia mengaku bahwa ia berganti- ganti pacar dan melakukan seks bebas yang melewati batas. Karena itu ia menyadari bahwa dirinya penuh dosa dan merasa tidak pantas datang ke gereja, walaupun dalam hatinya ia rindu untuk bersekutu dengan umat Tuhan di gereja.
Bangsa Israel di masa Nabi Yeremia juga hidup dalam dosa dan berpaling dari TUHAN. Yeremia mengingatkan Bangsa Israel agar bangsa itu menyadari dosanya dan berbalik kepada-Nya. Bila umat TUHAN berbalik, maka Yerusalem akan dipulihkan menjadi pusat ibadah segala bangsa demi nama TUHAN. Jika umat TUHAN mau kembali kepada-Nya, bukan saja mereka akan terhindar dari murka-Nya, tetapi hal ini juga akan berdampak besar bagi dunia. Sebab sesungguhnya pertobatan Bangsa Israel akan diterima oleh TUHAN, sehingga mereka boleh memanggilnya Bapa.
Seperti sang pemuda yang mengakui bahwa dirinya penuh dosa dan merasa tidak pantas datang ke gereja, pertobatan sejati dimulai dari kesadaran bahwa diri kita sangat berdosa kepada Tuhan dan tidak layak menerima pengampunan-Nya. Tentu ada rasa malu yang dalam ketika kita mengenang dosa-dosa yang telah dilakukan. Kesadaran itu harus mendorong kita untuk berbalik kepada Tuhan dan masuk dalam persekutuan dengan saudara- saudara seiman. Tuhan selalu menerima pertobatan kita dan Ia juga akan memulihkan relasi kita dengan sesama kita. [Pdt. Melani Ajub Egne]
REFLEKSI:
Akuilah segala dosa dan kesalahanmu di hadapan Tuhan, maka Ia akan mengampuni dan memulihkanmu, seberapa pun besar dosamu.
Ayat Pendukung: Yer. 3:19-25; Mzm. 36:5-10; 1 Kor. 7:1-7
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.