“…Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi (Mat. 8:19)
Banyak orang berpikir bahwa mengikut Yesus adalah hal yang mudah. Benarkah? Mengikut Yesus tidak sama dengan ikut-ikutan mengikut Yesus. Ikut-ikutan merujuk kepada sikap setengah hati, tanpa kesadaran penuh dalam diri mengapa ia melakukan sesuatu, dan tanpa komitmen yang sungguh-sungguh. Oleh sebab itu, mereka yang sekadar ikut-ikutan dalam mengikut Yesus tidak akan setia mengikut Dia sampai akhir.
Yesus menekankan dua hal penting yang harus dilakukan bagi setiap orang yang ingin mengikut-Nya. Pertama, ketika seorang ahli Taurat menyatakan keinginannya untuk mengikut- Nya, Yesus memberikan pengertian bahwa mengikut-Nya bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan komitmen dan kesetiaan penuh kepada-Nya. Ia harus keluar dari zona nyamannya selama ini dan bersandar penuh kepada-Nya (ay. 20). Kedua, ketika seorang murid lain mengajukan permohonan untuk menguburkan ayahnya terlebih dahulu sebelum mengikut-Nya, jawaban Yesus terasa kasar dan tidak manusiawi. Apakah benar bahwa Yesus tidak manusiawi? Pasti tidak! Dalam hal ini, Yesus menegaskan pentingnya menjadikan diri-Nya sebagai prioritas utama bagi setiap orang yang ingin mengikut-Nya. Artinya, tidak ada lagi kepentingan untuk diri sendiri yang diutamakan yang dapat menghambatnya untuk mengikut Yesus dengan sungguh-sungguh (ay. 22).
Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah sungguh- sungguh mengikut Yesus, ataukah sekedar ikut-ikutan dalam mengikut-Nya? [Pdt. Jotje Hanri Karuh]
REFLEKSI:
Kita harus menjadi pengikut Kristus dan bukan sekedar ikut-ikutan mengikut-Nya.
Ayat Pendukung: Yer. 7:27-34; Mzm. 123; Mat. 8:18-22
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.