Ketika didengarnya bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” (Mrk. 10:47)
Dua mata saja memang tidak cukup. Bahkan, terkadang walaupun dua mata manusia itu sangat terang, namun manusia tidak selalu tahu apa yang ia lihat. Butuh mata ketiga, yaitu mata iman yang menolong manusia memahami dengan jernih apa yang ia lihat. Bahkan, iman menolongnya berpengharapan dalam kondisi sulit.
Dua cerita yang kita baca dalam Injil hari ini membuktikan hal itu. Para murid yang memiliki mata jasmani yang baik, mereka tidak sepenuhnya paham dengan apa yang Yesus katakan. Mereka tidak sepenuhnya memahami apa yang Yesus sudah lakukan, walaupun sehari-hari mereka melihatnya secara langsung. Namun, Si Buta, Bartimeus, dapat “melihat” Yesus orang Nazaret dengan sangat terang. Nazaret itu kampung yang distigma jahat, tetapi ia tahu ada kebaikan, kebenaran, dan kuasa dalam Yesus, anak Daud. Bartimeus tidak melihat Yesus secara fisik, tetapi ia menaruh harapan besar pada Yesus. Ia melihat-Nya dengan iman. Karena itu, ia datang dan memohon pengasihan Yesus. Oleh imannya itu, Bartimeus sembuh.
Iman sebagai mata ketiga adalah kekuatan hidup yang menolong manusia untuk melihat dan membawa manusia ke masa depan indah yang Kristus sediakan. Tanpa iman, orang yang punya mata jasmani tidak akan mampu melihat keindahan hidup. Jadi, iman harus terus dibangun. Menautkan diri dan menaruh harapan pada Yesus Kristus akan membawa kita memasuki masa depan dengan lebih baik seperti Bartimeus. [Pdt. Hariman Pattianakotta]
REFLEKSI:
Hanya mengandalkan mata jasmani tidak akan memampukan kita mempercayakan diri pada pertolongan Tuhan. Mata iman yang menolong kita menjadi percaya dan berserah.
Ayat Pendukung: Yer. 33:10-16; Mzm. 118:1-2, 19-29; Mrk. 10:32-34, 46-52
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
1 Comment
Trisno
Maret 23, 2024 - 4:57 amTerima kasih renungan hari ini kiranya memberkati