Hasil orang benar adalah pohon kehidupan, dan siapa bijak, mengambil hati orang. (Ams. 11:30)
Dalam perspektif ilmu ekonomi, istilah spekulan dipahami sebagai orang yang mencari keuntungan besar dengan cara melakukan spekulasi (dugaan, prakiraan). Salah satu praktik spekulan dalam rantai pasokan barang adalah menahan pasokan barang. Sehingga apabila terjadi kelangkaan barang, ia akan mendapat keuntungan besar karena memonopoli pasokan.
Perilaku bisnis dengan cara menimbun barang kebutuhan ini dicatat dalam teks hari ini. Gandum sebagai kebutuhan pokok masyarakat ditimbun pasokannya. Hal ini menimbulkan kesulitan dan kebingungan, terutama bagi rakyat kecil. Kelangkaan gandum akibat ditimbun oleh pengusaha akan membuat mereka kaya raya, sekalipun hal itu menjadikan rakyat sengsara. Mereka akan mematok harga mahal dan masyarakat terpaksa membelinya. Praktik spekulan membuat suplai gandum menjadi terbatas, padahal permintaan begitu tinggi. Menjumpai praktik tidak sehat ini, Allah mengingatkan melalui penulis kitab Amsal. Setiap orang, khususnya pengusaha yang berlaku curang, diajak memiliki hikmat untuk berbagi berkat bagi sesama. Kemurahan hati dan mengejar kebaikan digambarkan sebagai orang yang mendapatkan berkat Allah. Ia seumpama pohon kehidupan yang mengalirkan berkat Tuhan bagi sesama. Ia akan diberkati selamanya.
Setiap kita adalah penatalayan dari tiap berkat yang dihadirkan Tuhan. Kita semua tanpa terkecuali, dipanggil mengedepankan hikmat dengan hidup berbagi. [Pdt. Ayub Sektiyanto]
REFLEKSI:
Menariknya kehidupan: Siapa yang banyak memberi dari pengelolaan hartanya, justru akan mencecap kesejahteraan dalam hidupnya.
Ayat Pendukung: Mzm. 92; Ams. 11:23-30; Mat. 13:10-17
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.