“… Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan ….” (Kej. 26:3)
Manusia harus makan demi hidupnya. Jika seseorang tidak makan atau tak cukup asupan gizinya, akibatnya akan berbahaya bagi kesehatan dan kehidupannya. Karena itu, bencana kelaparan satu negeri adalah pandemi kehidupan individu dan komunitas. Kehidupan Ishak dan keluarga besarnya terancam ketika bahaya kelaparan melanda Filistin, negeri tempat mereka bermukim. Saat terjadi pertaruhan antara hidup dan mati karena bencana kelaparan, Ishak pun berencana meninggalkan Filistin dan mencari kehidupan baru di Mesir. Namun, TUHAN berkata lain daripada niat Ishak.
“Janganlah pergi ke Mesir,” kata TUHAN kepada Ishak. “Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau.” Padahal, di Mesir pun Ishak juga sebagai orang asing. Namun, orang asing yang cukup makan. Intinya, bukan cukup makan atau tidak makan. Makanan bukanlah pemberi kehidupan, melainkan ketaatan pada penyertaan dan berkat Tuhan. Bencana kelaparan tidak mematikan selama Ishak menaati TUHAN.
Kita tergoda merancang keselamatan diri, tetapi menyisihkan Tuhan dengan alasan mengejar kebutuhan pokok. Sandang, pangan, dan papan tampak lebih menarik ketimbang Tuhan, Sang Sumber Kehidupan. Itulah ujian kita di saat genting, taat kepada Tuhan atau tergoda pada yang bukan sumber kehidupan dengan menyisihkan Tuhan. Kebutuhan pokok bukanlah sumber kehidupan, melainkan ketaatan penuh pada Allah. [Pdt. (Em.) Rasid Rachman]
DOA:
Ya Allah, kuatkan saya di dalam ujian iman untuk tetap menaati-Mu ketimbang godaan duniawi. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 119:1-8; Kej. 26:1-5; Yak. 1:12-16
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.