“TUHAN adalah bagianku,” kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. (Rat. 3:24)
Apa yang kita yakini dan nilai paling berharga dalam hidup akan selalu menjadi yang paling utama dan paling menguasai pikiran dan hati kita. Cara kita bersikap dan bertindak pun akan terpengaruh besar karenanya. Apa yang kita genggam dengan kuat dalam hidup akan mencengkeram kita juga pada akhirnya.
Sebagaimana judulnya, Kitab Ratapan berisi ratapan umat Israel kepada Allah selama dan sesudah Yerusalem hancur. Yeremia dengan jujur mengakui betapa rentannya hidup ini. Kesusahan, kehilangan dan penderitaan dapat terjadi sewaktu- waktu. Umat telah keliru mengambil pilihan dan sikap hidup dengan mengabaikan nasihat Allah. Meskipun demikian, ada satu harta berharga yang tetap dimiliki dan digenggam, yaitu kenyataan kehadiran Allah yang kuasa kasih-Nya tidak pernah berubah bagi umat-Nya; sampai kapan pun dan dalam keadaan apa pun. Kehadiran dan kesetiaan Allah menghadirkan hari baru yang selalu menumbuhkan pengharapan.
Sudah sekitar tiga tahun sejak dunia dilanda pandemi Covid-19. Beragam peristiwa hidup kita alami dan saksikan. Terjadi perubahan yang tiba-tiba; muncul kebiasaan-kebiasaan baru yang kita tekuni. Juga, pertanyaan-pertanyaan yang masih kita cari jawabannya. Namun, biarlah tetap ada dalam jiwa kita kesediaan untuk berbisik dengan lembut dan lega seperti yang dilakukan Yeremia, “Tuhan adalah hartaku satu- satunya. Karena itu, aku berharap kepada-Nya.” [Pdt. Essy Eisen]
REFLEKSI:
Apa yang menjadi harta satu-satunya bagi hidup kita?
Ayat Pendukung: Rat. 3:19-26; Yer. 52:1-11; Why. 2:8-11
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.