Menjadi Gereja Responsif

Kisah Para Rasul 6: 1-7

Belum ada komentar 370 Views

Seorang ibu pernah bercerita mengenai pengalamannya melahirkan anak pertama. Ketika proses kelahiran usai, respon awal sang bayi adalah hal yang penting. Hal ini menjadi tanda bahwa ada kehidupan dalam dirinya. Dari sini kita melihat bahwa respon itu penting, bahkan kita butuh direspon sebagai wujud nyata dari kepedulian baik bagi sesama maupun kepedulian akan keadaan. Namun yang tak kalah penting adalah belajar untuk menjadi responsif. Begitu pula dalam kehidupan bergereja.

Gereja mula-mula telah memberikan teladan bagi gereja masa kini untuk menjadi responsif. Di Awal pelayanan mereka salah satu tantangan yang mereka hadapi tidak hanya masalah pengabaran injil, tetapi juga persoalan sosial yang dialami orang yahudi masa itu khususnya orang yahudi yang berbahasa Yunani. Memang orang Yahudi yang tinggal di Mediterania artinya di luar Palestina menggunakan bahasa Yunani. Mereka yakni orang Yahudi Diaspora banyak yang kembali ke Yerusalem untuk tinggal, beberapa dari mereka ada pula yang kemudian menjadi anggota gereja. Karena perbedaan yang ada, hal ini menimbulkan ketidakadilan sosial yakni perlakuan terhadap janda. Gereja saat itu bisa saja menutup mata terhadap persoalan yang ada dengan dalil persoalan gereja tentang mengabarkan injil bukan mengurusi persoalan sosial seperti yang terjadi. Tetapi sebaliknya gereja segera merespon persoalan itu dengan sungguh-sungguh melalui tuntunan Roh Kudus. Gereja memilih diaken sebagai bentuk kepedulian mereka. Respon gereja masa itu menjadi tanda bahwa Firman Tuhan itu merangkul manusia tidak hanya secara rohani tetapi mencakup kehidupan holistic manusia, kehidupan yang utuh. Peristiwa ini memberi dampak yang positif dimana pelayanan injil berkembang lebih luas.

Saudara, meski tahu bahwa respon adalah hal yang penting dan dibutuhkan, tetapi tak jarang kita hanya menuntut untuk mendapat respon tanpa belajar untuk memberikan respon. Maka hari ini kita belajar sebagai gereja baik komunitas maupun perorangan, kita diundang untuk menjadi gereja yang responsif. Tidak hanya dalam kehidupan gereja saja, tetapi kita juga diajak merespons hal-hal yang berkaitan dengan sosial, dengan masyarakat, persoalan kesehatan dll. Sebab Firman Tuhan peduli dan berbicara dalam segala aspek kehidupan, maka menjadi gereja yang responsif adalah undangan untuk peduli pada setiap aspek sebagai wujud pernyataan Firman Allah. Maka marilah senantiasa belajar menjadi responsif dengan memegang Firman Tuhan sebagai dasarnya dan tuntunan Roh Kudus sebagai sang pemberi hikmat, agar setiap respons kita dapat memancarkan kasih dan kebenaran Allah.

SA

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Khotbah Minggu
  • MERDEKA UNTUK BERBEDA
    Lukas 9:51-56; Galatia 5:1, 13-25
    Salah satu ekspresi dari hidup di dalam kemerdekaan adalah kebebasan untuk menjadi diri sendiri, sekalipun itu berarti berbeda dari...
  • MENJADI GEREJA YANG MENGAKU
    Roma 10:9-12
    Sebuah pengakuan, mesti diikuti tindakan yang sejalan dengan pengakuan tersebut. Sungguh aneh, jika kita mengaku Kristus adalah Tuhan tetapi...
  • MENGIMANI ALLAH TRINITAS
    Amsal 8:1-4, 22-31; Mz. 8; Roma 5:1-5; Yoh. 16:12-15
    Belajar dari pemazmur, aku mencoba untuk mengenal Allah. Ku lihat alarm semesta, Bintang, matahari dan bulan serta berbagai bunga...
  • ROH KUDUS DAN MISI
    Kej. 11:1-9; Mz. 104:24-34, 35b; Kis. 2:1-21; Yoh. 14:8-17, 25-27
    Sungguh menarik bacaan leksionari kita hari ini. Ketika kisah para Rasul memberitakan tentang dicurahkannya Roh Kudus, dengan salah satu...
  • KESELAMATAN DAN KESATUAN IMAN
    Kis. 16:16-34; Mz. 97; Wahyu 22:12-21; Yoh. 17:20-26
    Injil Yohanes 17:20-21, menggambarkan, tentang keselamatan, sebagai masuk ke dalam persekutuan Allah Trinitas. (…agar mereka di dalam kita___). Dengan...