Menjadi Gereja Responsif

Kisah Para Rasul 6: 1-7

Belum ada komentar 365 Views

Seorang ibu pernah bercerita mengenai pengalamannya melahirkan anak pertama. Ketika proses kelahiran usai, respon awal sang bayi adalah hal yang penting. Hal ini menjadi tanda bahwa ada kehidupan dalam dirinya. Dari sini kita melihat bahwa respon itu penting, bahkan kita butuh direspon sebagai wujud nyata dari kepedulian baik bagi sesama maupun kepedulian akan keadaan. Namun yang tak kalah penting adalah belajar untuk menjadi responsif. Begitu pula dalam kehidupan bergereja.

Gereja mula-mula telah memberikan teladan bagi gereja masa kini untuk menjadi responsif. Di Awal pelayanan mereka salah satu tantangan yang mereka hadapi tidak hanya masalah pengabaran injil, tetapi juga persoalan sosial yang dialami orang yahudi masa itu khususnya orang yahudi yang berbahasa Yunani. Memang orang Yahudi yang tinggal di Mediterania artinya di luar Palestina menggunakan bahasa Yunani. Mereka yakni orang Yahudi Diaspora banyak yang kembali ke Yerusalem untuk tinggal, beberapa dari mereka ada pula yang kemudian menjadi anggota gereja. Karena perbedaan yang ada, hal ini menimbulkan ketidakadilan sosial yakni perlakuan terhadap janda. Gereja saat itu bisa saja menutup mata terhadap persoalan yang ada dengan dalil persoalan gereja tentang mengabarkan injil bukan mengurusi persoalan sosial seperti yang terjadi. Tetapi sebaliknya gereja segera merespon persoalan itu dengan sungguh-sungguh melalui tuntunan Roh Kudus. Gereja memilih diaken sebagai bentuk kepedulian mereka. Respon gereja masa itu menjadi tanda bahwa Firman Tuhan itu merangkul manusia tidak hanya secara rohani tetapi mencakup kehidupan holistic manusia, kehidupan yang utuh. Peristiwa ini memberi dampak yang positif dimana pelayanan injil berkembang lebih luas.

Saudara, meski tahu bahwa respon adalah hal yang penting dan dibutuhkan, tetapi tak jarang kita hanya menuntut untuk mendapat respon tanpa belajar untuk memberikan respon. Maka hari ini kita belajar sebagai gereja baik komunitas maupun perorangan, kita diundang untuk menjadi gereja yang responsif. Tidak hanya dalam kehidupan gereja saja, tetapi kita juga diajak merespons hal-hal yang berkaitan dengan sosial, dengan masyarakat, persoalan kesehatan dll. Sebab Firman Tuhan peduli dan berbicara dalam segala aspek kehidupan, maka menjadi gereja yang responsif adalah undangan untuk peduli pada setiap aspek sebagai wujud pernyataan Firman Allah. Maka marilah senantiasa belajar menjadi responsif dengan memegang Firman Tuhan sebagai dasarnya dan tuntunan Roh Kudus sebagai sang pemberi hikmat, agar setiap respons kita dapat memancarkan kasih dan kebenaran Allah.

SA

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Khotbah Minggu
  • MEJA PERJAMUAN: PERAYAAN KASIH DAN PEMULIHAN
    Yesaya 25:6-9; Mazmur 114; 1 Korintus 5:6b-8; Lukas 24:13-49
    Perjamuan Kudus bukanlah sekadar makan dan minum namun perayaan iman yang terus menerus kita lakukan agar kita mengingat bagaimana...
  • Dl TAMAN GETSEMANI
    Yesaya 50:4-9a; Mazmur 31:10-17; Filipi 2:5-11; Lukas 22:14-23:56
    Bacaan injil minggu ini cukup panjang, Lukas 22:14-23:56 (umat silakan membaca bacaan ini secara lengkap di rumah) dengan mengambil...
  • MENGUTAMAKAN YANG UTAMA
    Yesaya 43:16-21; Mazmur 126; Filipi 3:4b-14; Yohanes 12:1-8
    Banyak tanggung jawab yang kita pikul dalam hidup ini. Tanggung jawab moral, ekonomi, sosial, pendidikan dan banyak lagi. Peran...
  • Aku Pulang
    Lukas 15:1-3, 11b-32
    Kisah anak yang hilang dalam Lukas 15 adalah cermin dari perjalanan spiritual kita. Seperti anak bungsu yang meninggalkan rumah...
  • MEMELIHARA KESETIAAN DI SETIAP MUSIM KEHIDUPAN
    Yesaya 55:1-9; Mazmur 63:1-8; 1 Korintus 10:1-13; Lukas 13:1-9
    Yesaya 55:1-9 mengajak kita kepada sebuah perjamuan ilahi, sebuah undangan yang penuh kasih dari Tuhan. Dalam setiap musim kehidupan,...