Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian TUHAN, Allah semesta alam, akan menyertai kamu, seperti yang kamu katakan. (Am. 5:14)
“Kenalilah dirimu sendiri” adalah salah satu maksim yang ditulis di depan pintu masuk Kuil Apollo di Delphi pada abad ke-4 SM. Mengenali diri sendiri adalah sebuah keharusan yang tidak terpisahkan dalam rangka berhadapan dengan yang ilahi atau untuk bisa mendapatkan kehidupan yang penuh kebajikan. Namun, sungguh tidak mudah untuk mengenali diri kita sendiri.
Teks Amos pada hari ini tampak seperti sebuah pidato ratapan kematian. Korupsi yang sudah merajalela dalam semua arena kehidupan, politik, hukum, keluarga, agama, dan ekonomi, ibarat menggali kuburan bagi Israel sendiri. Meskipun begitu, masih terdapat pengharapan di dalamnya. Namun, harapan itu hanya bisa terwujud jika mereka mau menerima ajakan untuk mencari Allah, mencari yang baik. Dengan demikian, mereka pun akan hidup kembali.
Mencari Allah dan mencari yang baik merepresentasikan dua dimensi dari agama sejati, yang bukan sekadar ritual. “Yang baik” menunjukkan pada apa yang menyenangkan Allah, khususnya keadilan bagi orang miskin. “Mencari” dalam konteks ini menunjukkan suatu kesengajaan atau keaktifan; kehendak untuk memilih atau mengusahakan yang baik. Ketika kita hendak beribadah kepada Allah, apakah kita sudah mengawalinya dengan mengenali diri kita sendiri? Mengenali bahwa kita telah sungguh mencari yang baik, yang mendatangkan kebajikan dan kesejahteraan bagi komunitas kita, khususnya bagi orang miskin. [Ibu Yessy Sutama]
REFLEKSI:
Mencari Allah berimpit erat dengan mencari yang baik.
Ayat Pendukung: Mzm. 52; Amos 5:10-17; Ibr. 5:1-6
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.