Beginilah firman TUHAN: “Ambillah tempatmu di jalan-jalan dan lihatlah, tanyakanlah jalan-jalan yang dahulu kala, di manakah jalan yang baik, tempuhlah itu, dengan demikian jiwamu mendapat ketenangan. Tetapi mereka berkata: Kami tidak mau menempuhnya! (Yer. 6:16)
Setiap kota atau negara pasti memiliki “kilometer nol”-nya. Kilometer nol Indonesia berada di kota Sabang, di pulau Weh, sementara kilometer nol kota Jakarta ternyata adalah Menara Syahbandar di Jalan Pasar Ikan, Jakarta Utara. Kilometer Nol berguna untuk menentukan jarak sebuah lokasi dengan lokasi lainnya. Ia menjadi penanda jarak sekaligus menentu identitas sebuah lokasi. Semua orang Kristen ternyata juga memiliki kilometer nol hidup imannya, yaitu baptisan yang diterimanya di dalam nama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Baptisan itu sendiri berfungsi seperti “Menara Syahbandar,” sebuah simbol penting. Bagi orang kristen, baptisan menjadi simbol penting ketika ia dihisabkan ke dalam Yesus berkat rahmat Allah yang ia terima di dalam iman.
Dengan cara yang unik, nabi Yeremia menasihati umat Israel untuk kembali ke kilometer nol iman mereka sebagai umat Allah. Kilometer nol tersebut diberi sebutan khusus, yaitu “jalan-jalan yang dahulu kala” (Ibrani: netivot olam; Inggris: ancient paths). Sementara itu, Yesus sendiri memakai istilah “dilahirkan kembali” (Yunani: gennao anothen) untuk menegaskan prinsip yang sama. Artinya aslinya sebenarnya adalah: dilahirkan dari atas, yaitu dari Allah.
Prinsipnya adalah ini. Ketika hidup sudah terlampau rumit dan kusut, dan kita tersesat dalam perjalanan hidup yang panjang, kembalikan ke kilometer nol itu. Titik awal itu akan memandu kita kembali menjalani hidup kita ke depan. Jika Anda tersesat, kembalilah. Jika Anda lesu, kembalilah. Jika hidup Anda terlalu ruwet, kembalilah. Maka, jalan-jalan masa silam itu, yang sudah merawat para leluhur iman kita, akan mengasuh kita melakoni hidup kita kembali.
1 Comment
Untung Mercy Bolianto Atacay
Januari 16, 2022 - 4:34 amSangat memberkati