Memberi hadiah adalah bentuk perhatian kita kepada seseorang pada suatu peristiwa tertentu, seperti kelahiran, ulang tahun, pernikahan dan lain sebagainya. Dalam memberi hadiah, biasanya disertai dengan sebuah ucapan yang sangat personal, yang umumnya kita tuliskan dalam sebuah kartu. Tidak jarang kita juga membeli kartu yang bagus.
Beberapa tahun yang lalu banyak sekali kartu ucapan yang dijual di toko-toko buku, bahkan sebuah perusahaan penerbit kartu ternama di dunia, telah membuat kartu-kartu ucapan khusus untuk peristiwa yang khusus pula. Misalnya untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada ayah, sudah tersedia kartu ucapan khusus untuk ulang tahun ayah dengan berbagai kata yang indah-indah. Untuk mengucapkan selamat hari Natal, sudah tersedia kartu ucapan selamat Natal dengan berbagai pesan dan kata yang bagus bagus, demikian pula untuk peristiwa peristiwa yang lainnya seperti ulang tahun pernikahan, kelahiran, bahkan sampai kartu ucapan penghiburan.
Seiring dengan kemajuan teknologi, kebiasaan untuk menggunakan kartu ucapan untuk peristiwa-peristiwa khusus itu lama-kelamaan digantikan dengan kartu-kartu digital yang dapat kita buat sendiri dengan berbagai aplikasi yang tersedia secara cuma cuma. Yang lebih ringkas lagi, kita mengirimkan ucapan melalui sms atau whatsapp.
Kartu-kartu ucapan tersebut, baik berupa kartu fisik maupun kartu digital, selain pesan atau ucapan yang disampaikan, penting juga diketahui siapa pengirimnya, oleh karena itu kita tidak lupa mencantumkan nama kita. Ternyata, kebiasaan memberi hadiah yang disertai dengan kartu ucapan sudah bergeser jauh dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, walaupun masih ada sebagian yang tetap setia melanjutkan kebiasaan tersebut.
Salah satu kebiasaan yang bergeser cukup jauh adalah kebiasaan dalam memberi hadiah pernikahan. Saya ingat, ketika mempersiapkan pernikahan kami beberapa puluh tahun yang lalu, dalam daftar atau check list, terdapat juga kegiatan untuk membeli karung dan menyiapkan sebuah mobil khusus untuk membawa hadiah pernikahan, karena pada waktu itu para undangan biasanya memberi kado pernikahan berupa barang. Dan ketika acara resepsi pernikahan selesai, ada kegiatan untuk mengangkut hadiah-hadiah ke dalam mobil yang sudah disediakan. Esok harinya atau beberapa hari kemudian, ada acara untuk membuka kado. Acara buka kado ini biasanya dilakukan rame-rame, dihadiri oleh saudara saudara sampai keponakan, karena ada yang bertugas membuka kado dan ada pula yang bertugas mencatat kado dari siapa dan berupa apa, dan ada yang bertugas untuk mengumpulkan kartu-kartu ucapannya.
Alhasil, kado-kado pernikahan kami ternyata banyak yang sama, kami mendapat mangkuk puding dan gelas banyak sekali. Para pembuka kado sudah hafal, kalau bungkusan dengan ukuran tertentu pasti isinya mangkuk puding atau gelas. Kalau ada bungkusan yang agak lain, akan menjadi perhatian kita semua karena kadang-kadang isinya sebuah kejutan atau surprise. Itulah keseruan dalam acara buka kado. Kejutan lain yang pernah terjadi adalah masih tertempelnya label harga dan terlihat kado tersebut sudah sering beredar dari satu pernikahan ke pernikahan yang lain. Kami juga sering memberi kado pernikahan teman-teman dari kado pernikahan kami juga. Belakangan kami juga tahu bahwa ternyata ada toko yang mau membeli kembali kado-kado pernikahan dan tentunya untuk dijual kembali.
Itulah kado pernikahan zaman dahulu, jarang ada yang memberi kado berupa uang. Berbeda dengan pernikahan zaman sekarang. Dalam kartu undangan saja sudah tertera bahwa tidak menerima hadiah berupa barang dan diberi gambar amplop, yang artinya lebih suka untuk diberi uang saja atau istilah populernya angpao.
Pergeseran dari memberi hadiah ke memberi angpao, tentunya membawa perubahan yang cukup besar. Tidak ada lagi persiapan untuk membeli karung, cukup tas besar atau koper saja yang akan dibawa oleh seseorang yang ditunjuk sebagai penanggungjawab angpao. Bagi para undangan ternyata juga ada sedikit kesulitan ketika akan menentukan berapa jumlah angpao yang akan diberikan Apakah jumlahnya cukup, terlalu sedikit atau bahkan terlalu banyak? Lalu bagaimana dengan kartu ucapannya? Bagaimana kalau tidak perlu menuliskan nama, kan yang penting kehadiran dan doa restunya, angpao-nya menjadi kurang personal, tidak akan ketahuan juga siapa yang memberi. Nilai hadiah yang personal juga menjadi hilang, kita tidak bisa lagi memberi hadiah yang unik tetapi tidak mahal. Mau tidak mau, akhirnya semua diukur dengan besar kecilnya angpao.
Bagi yang mengundang juga menimbulkan persoalan lain, mereka sebenarnya juga ingin tahu siapa saja yang datang dan memberi “hadiah” apa, bukan? Siapa saja yang datang tentunya bisa dilihat dari buku tamu, tapi bagaimana dengan “hadiah”-nya. Bagaimana pula mengantisipasi angpao yang hilang? Mengambil amplop jauh lebih mudah ketimbang mengambil kado, bukan? Ini untuk berjaga-jaga saja, siapa tahu ada tangan-tangan yang “bermain” di area kotak angpao. Salah satu cara untuk mengantisipasi para undangan yang tidak menuliskan namanya, adalah memberi nomor amplop sesuai dengan nomor di buku tamu. Namun cara seperti ini, dengan berbagai alasan yang berbeda-beda, sering kali menimbulkan ketidaknyamanan bagi para undangan. Bahkan, katanya ada undangan ketika tahu amplopnya akan diberi nomor, tidak menuliskan namanya sendiri. Kalau ini benar benar terjadi, maka tujuan pemberian angpao sebagai hadiah pernikahan menjadi kritis, dan pemberian nomor pada amplop perlu dipikirkan kembali dengan seksama.
Pergeseran ini juga berdampak pada acara buka kado. Kalau dulu acara buka kadonya rame-rame, sekarang acara buka kadonya sepi, tidak ada saudara dan tidak ada keponakan, semua dilakukan dengan diam-diam, hanya dihadiri dan disaksikan oleh kalangan terbatas saja, yang tidak berkepentingan dilarang hadir.
Itu baru urusan hadiah pernikahan dan masih banyak lagi perubahan yang lain. Pohon Natal bisa saja tidak usah dihadirkan secara fisik, bisa hadir di layar laptop, di handphone atau di profil picture kita. Dunia akan terus berubah, dan perubahan tentunya akan membawa dampak, bisa kecil bisa juga berdampak besar. Bagaimana kita menyikapi dampak yang terjadi?
Selamat Hari Natal dan salam damai.•
|SINDHU SUMARGO
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.