Kebebasan adalah hal yang mendasar dalam kehidupan manusia dan seharusnya mencirikan martabat manusia yang bertanggung jawab dalam menentukan dirinya sendiri, tidak ditindas, tidak dibatasi ruang geraknya dan tidak terbelenggu oleh apapun. Semua orang punya impian untuk hidup bebas dalam segala hal. Maka dalam Kehidupan ini juga memiliki banyak tawaran-tawaran kebebasan. Bebas dari masalah, bebas secara finansial, bebas dari hutang, bebas dari keribetan bertransaksi (dengan adanya metode pembayaran online) dan bahkan bebas dari penindasan dalam berbagai macam bentuk. Artinya untuk menjadi bebas adalah sebuah impian setiap orang. Seakan hidup akan lebih ringan kalau kita bisa bebas dari hal-hal tadi (masalah, finansial, hutang penindasan, dll). Namun demikian, kebebasan seperti apa yang ada di dalam injil?
Markus 7: 24-37 berbicara tentang iman yang membebaskan dari belenggu roh jahat, belenggu fisik dan status sosial. Iman yang tumbuh di tengah-tengah bangsa Siro Fenesia dan disaksikan oleh seorang Ibu yang memiliki seorang anak perempuan yang dirasuki roh jahat. Ibu Siro Fenesia mengakui kuasa Yesus lebih besar dari roh jahat. la datang tersungkur di kaki Yesus dan memohon Yesus menyembuhkan putrinya. Begitu juga sikap beriman orang banyak di Tirus dengan membawa seorang tuli dan gagap untuk disembuhkan Tuhan Yesus. Yesus berkata: “Efata” terbukalah! menjadi semacam perkataan yang membebaskan seseorang dari belenggu.
Apa yang Yesus lakukan pada saat itu tidak sekedar mukjizat saja, melainkan menembus batasan-batasan manusiawi dengan kasih Allah. Allah bekerja tanpa batasan apa pun. Karena kasih Allah bersifat membebaskan manusia. Seperti kita tahu bahwa Yesus pada akhirnya dengan kasih Allah membebaskan manusia dari belenggu dosa. Jadi, iman yang membebaskan adalah Iman yang percaya kepada kasih Allah sang pembebas! (LS)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.