Sesudah “Natal” Yesus bertumbuh. Dan Minggu ini kita baca Ia telah berumur 12 tahun. Ia bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya serta makin dikasihi Allah dan manusia.
Sesudah “Natal” Yusuf dan Maria juga bertumbuh. Keluarga mereka yang biasa disebut sebagai the holy family sama sekali bukanlah keluarga yang ideal, dalam arti tak bercacat dan mesti dijadikan teladan. Sesudah “Natal” Yusuf dan Maria, seperti para orangtua pada umumnya, masih harus belajar untuk menjadi kian dewasa sebagai orangtua. Mereka juga mesti belajar untuk menjadi kian berhikmat dalam mengenal Yesus sebagai Tuhan.
Sesudah “Natal” bertumbuhkah kita? Ataukah “Natal” telah berlalu begitu saja tanpa meninggalkan bekas pada hati dan hidup kita? Ataukah “Natal” ternyata tidak mengubah apapun dan kita kembali ke kehidupan tanpa pohon terang lengkap dengan pernik-perniknya, business as usual?
Sesudah “Natal” kita juga mesti bertumbuh. Barangkali di sinilah letak masalah kita. Kita yang tidak bertumbuh sehingga bagi kita “Natal” tidak membawa perubahan. Kitalah yang pertama-tama mesti berkembang menjadi kian “dewasa dan berhikmat”. Bertumbuh secara spiritual. Dan ukuran pertumbuhannya bukanlah diri kita sendiri, juga bukan penilaian orang lain, bahkan bukan cuma yang kita yakini sebagai kehendak Tuhan. Tolok ukurnya adalah terutama “makin dikasihi Allah dan manusia”.
Sesudah “Natal” kita, kita juga mesti bertumbuh, kian dewasa kian berhikmat.
PWS
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.