Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? (Mzm. 130:3)
“Sudah cukup kesabaranku. Dulu dia sudah pernah menjelekkan aku, tetapi aku diam saja. Kedua kali dia lakukan hal yang sama aku masih sabar, tetapi kini, sudah habis kesabaranku. Aku tidak mau tinggal diam, aku akan melabrak dia.” Demikian perkataan seorang ibu yang marah karena merasa nama baiknya dirusak berkali-kali oleh seorang temannya sejak lama.
Mengingat kesalahan memang lebih mudah daripada mengingat kebaikan. Kesalahan orang lain, apalagi yang sangat menyakitkan akan selalu meninggalkan bekas luka yang sulit untuk disembuhkan. Sekiranya Tuhan melakukan hal yang sama, mengingat-ingat kesalahan umat-Nya siapa yang dapat tahan? Ungkapan pemazmur ini lahir dari kesadaran pemazmur akan kasih setia Tuhan yang begitu besar bagi umat-Nya, yang meskipun berlumur dosa, tetapi diampuni- Nya. Tuhan tidak mengingat-ingat dosa umat-Nya, meskipun berulang kali mereka meninggalkan-Nya, berkali-kali melawan perintah-Nya, berkali-kali pula mengaku dosa dan meminta ampun kepada-Nya, tetapi mereka mengulanginya kembali. Jika Tuhan mengingat-ingat kesalahan umat-Nya, siapa yang dapat tahan? Syukurlah, Tuhan bukan pendendam. Ia mengampuni umat-Nya yang bertobat, sebab Ia mengasihi mereka.
Jika Tuhan tidak mendendam dan mengampuni kita, mengapa kita masih menyimpan sakit hati dan dendam terhadap sesama? Berikanlah pengampunan, sebab kita pun telah menerima pengampunan dari Tuhan. [Pdt. Eko Priliadona Susetyo]
DOA:
Kami sudah menikmati kasih dan pengampunan-Mu, mampukan kami melakukan hal yang sama terhadap sesama kami.
Ayat Pendukung: Mzm. 130; Kej. 44:1-34; Rm. 11:13-29
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.