Bapak Pendeta Yth, Ada dua hal yang ingin saya tanyakan:
Pertama, Dengan kemajuan teknologi dalam segalabidang, Alkitab kini tidak saja diterbitkan melalui media cetak, tetapi juga secara elektronik/online, atau Alkitab online. Alkitab ini bisa diakses melalui komputer, HP, dan bisa disimpan dalam perangkat tersebut.Namun ada isu bahwa Alkitab online ini sudah tidak murni isinya, tidak sesuai dengan aslinya, maksudnya ada hal-hal yang dikurangi/dihilangkan, diganti, dan sebagainya (dalam media cetak pun konon hal ini juga dilakukan oleh penerbit tertentu, meskipun bukan LAI). Lalu, bagaimana pendapat dan saran Bapak dalam penggunaan Alkitab online ini, mengingat makin banyaknya warga jemaat, juga majelis dan pendeta yang menggunakannya?
Kedua, Beberapa ayat di Alkitab, seperti 1Petrus 1:15 —… tetapi hendak-lah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu—berkaitan dengan kekudusan. Apakah ini himbauan saja atau harus ditaati sepanjang hidup kita? Kalau pengikut Kristus wajib hidup kudus, tapi tidak menjalankannya, apakah itu berarti bahwa ia “tidak menerima anugerah keselamatan-Nya?” (dan bisa ditolak masuk surga seperti yang tertulis di Matius 7:21-23?). Apa yang menandakan bahwa proses ini berjalan dengan benar? Dan apakah hal ini menjadi program prioritas gereja kita, GKI PI? Terima kasih atas penjelasan Bapak.
Salam hormat, BibitS.
Jawab: Pak Bibit yang baik, Memakai Alkitab digital memang lebih praktis, mencari ayat pun lebih mudah. Namun Alkitab yang baku adalah Alkitab terbitan LAI. Ada juga Alkitab terbitan lain, tetapi semua harus mengacu pada Alkitab terbitan LAI. Lalu bagaimana dengan penggunaan Alkitab digital? Selalu ada risiko bahwa Alkitab digital itu isinya berbeda dengan Alkitab terbitan LAI. Karena itu penggunaan Alkitab digital harus selalu dibandingkan dengan Alkitab terbitan LAI. Sejauh ini, saya belum menemukan perbedaan isi, antara Alkitab digital dengan Alkitab terbitan LAI. Namun jika di kemudian hari ditemukan ada perbedaan isi, maka yang benar adalah Alkitab terbitan LAI.
Pertanyaan Bapak yang kedua adalah mengenai ‘hidup kudus’ sebagaimana tertulis dalam 1 Petrus 1:15. Perhatian Bapak kepada panggilan untuk hidup kudus tentu baik. Namun ada satu kata yang tidak boleh dilupakan, yaitu kata ‘menjadi’. Lengkapnya: ‘tetapi hendaklah kamu menjadi kudus…’, artinya, panggilan untuk hidup kudus itu diletakkan dalam konteks sebuah proses (menjadi). Nah, selama kita setia berada dalam proses tersebut, mau jatuh bangun, berhasil-gagal adalah hal yang menjadi bagian dari sebuah proses. Yang penting kita terus berproses, kalau gagal jangan putus asa, coba lagi… begitu seterusnya. Nah, selama kita setia berada dalam proses tersebut, berarti kita belum keluar dari upaya untuk hidup kudus. Jadi kenapa kita harus dihukum? Selain itu, kata ‘kudus’ itu juga berarti ‘sesuatu yang dikhusus kan’ yang dikaitkan dengan panggilan kita sebagai anak-anak Allah. Jadi, kata ‘menjadi kudus’ sebenarnya adalah sebuah proses yang kita jalani terus menerus untuk menjadi anak Tuhan yang baik. Nah, selama kita tetap menjadi anak Tuhan, meskipun jatuh-bangun, ya tetap anak Tuhan. Allah tidak akan meninggalkan, apalagi membuang kita. Berjuanglah bersama Tuhan dan kiranya makin hari kita boleh makin mencerminkan Kristus dalam setiap perilaku kita.
Apakah proses menjadi anak Tuhan yang baik ini menjadi prioritas GKIPI? Ya! Semua program GKIPI adalah dalam rangka kita semua berproses menjadi anak-anak Tuhan yang baik! Demikian ya… semoga membantu.•
|| PDT. RUDIANTO DJAJAKARTIKA
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.