Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat. (Kis. 27:44)
Saya tak pandai berenang. Suatu kali, saya berenang bersama teman-teman di sebuah kolam. Ternyata, itu kolam yang dalam dan saya mulai tenggelam. Dengan panik, saya memanggil teman-teman, tetapi mereka menyangka bahwa saya bercanda. Tak ada yang bergerak untuk menolong. Dengan susah payah, saya berusaha untuk mengapungkan diri dan bergerak ke pinggir. Seorang teman pun segera sadar dan menarik saya ke tepian. Saya keluar dengan selamat dari kolam itu.
Dalam pelayaran Paulus, para awak kapal berusaha mendamparkan kapal itu ke teluk. Dalam tiupan angin, mereka berusaha mengarahkan kapal. Apa daya, kapal itu kandas dan ombak menghancurkan buritan kapal. Para prajurit hendak membunuh para tahanan yang ada di kapal. Bagaimana Paulus dan para tahanan dapat selamat? Yulius, sang perwira, memiliki tanggung jawab untuk membawa Paulus kepada kaisar di Roma. Ia memastikan Paulus sampai dengan selamat. Tetapi, bukan hanya karena itu Paulus bisa selamat. Paulus selamat karena ia berenang, atau setidaknya menggunakan papan untuk sampai ke tepian. Kesempatan hidup diberikan oleh perwira itu, tetapi Paulus harus berenang ke tepian.
Untuk keluar dari masalah, kita tidak boleh hanya mengandalkan pertolongan orang lain. Kita harus ‘berenang’ sekuat tenaga; berjuang untuk hidup kita. Dalam perjuangan itu, kita percaya bahwa Tuhan tidak meninggalkan kita. [Pdt. Novita Sutanto]
REFLEKSI:
Kita perlu berenang sekuat tenaga sampai tiba di tepian dengan selamat.
Ayat Pendukung: Mzm. 93; Kej. 9:8-17; Kis. 27:39-44
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.