“… dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit.” (Mrk. 10:34)
Sekelompok pemuda tamasya menuju sebuah puncak gunung. Pemandu lokal menjelaskan bahwa perjalanan menuju puncak akan menyusuri jalan terjal, berliku dan menanjak; kadang mereka harus merangkak dan meniti jalan sempit yang berbatasan dengan jurang. Namun, saat di puncak, mereka akan menyaksikan pemandangan indah yang akan membuat mereka terpesona. Mendengar penjelasan itu, beberapa pemuda terlihat pucat. Keluhan dan gerutu mulai terdengar. Mereka lebih mengkhawatirkan proses perjalanan ketimbang tujuan memesona yang terdapat di puncak gunung.
Walaupun murid-murid Yesus mendapat penjelasan yang gamblang tentang apa yang akan terjadi dengan guru mereka, namun mereka belum menangkap pesan penting dari Yesus. Mungkin karena di benak mereka Yesus adalah Mesias politik yang menggunakan kekuatan fisik demi perubahan. Mungkin mereka menganggap bahwa kebangkitan hanyalah kiasan, sebab Yesus sering menggunakan perumpamaan.
Padahal, Yesus berupaya untuk menegaskan kepada mereka bahwa cara-Nya membarui dunia ini memang harus melalui jalan penderitaan, supaya mereka tahubahwa kasih adalah cara yang paling tepat untuk melenyapkan kejahatan.
Apakah yang ada di dalam benak kita selama ini, saat diajak Kristus untuk berproses di dalam kehidupan iman yang tidak mudah? Apakah kita sudah memusatkan perhatian pada tujuan akhir yang berkualitas atau malah menyerah karena takut dan khawatir? [Pdt. Essy Eisen]
DOA:
Ya Bapa, hadirlah bersamaku dalam meniti proses yang berkualitas, mengikuti jalan kasih Anak-Mu, demi pembaruan hidup. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 31:9-16; Rat. 3:55-66; Mrk. 10:32-34
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.