Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah. (Gal. 4:7)
Warisan dapat menjadi persoalan ketika seseorang yang memiliki harta meninggal dunia. Rebutan warisan di antara keluarga atau ahli waris kerap terjadi. Persoalan muncul antara lain karena mendiang menjanjikan hal yang sama kepada pewaris yang berbeda, tak adanya saksi ketika pembagian warisan dilakukan, atau karena ada anggota keluarga yang merasa lebih berhak. Ada begitu banyak persoalan mengenai warisan yang dapat terjadi. Sikap kekeluargaan adalah cara terbaik untuk menyelesaikannya, dengan duduk bersama dan berbagi.
Berbeda dengan itu, ahli waris Kerajaan Allah tidak dapat digugat. Warisan yang kita miliki sebagai anak-anak Allah adalah warisan keselamatan yang secara istimewa diberikan kepada setiap kita. Warisan itu telah dinyatakan sejak zaman Abraham yang memperoleh perjanjian dari Tuhan. Lalu, diteruskan dalam sejarah umat Allah. Dalam Kristus, kita memiliki perjanjian yang baru, yang membuat kita menjadi anak-anak Allah. Warisan yang Tuhan berikan adalah warisan untuk semua orang yang percaya.
Hiduplah dalam syukur karena kita memiliki warisan surgawi yang besar. Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk hidup dalam keharmonisan satu dengan yang lain, saling mendukung dan menguatkan, dan bukan saling mengklaim dan berebut posisi paling terhormat. Semua orang Kristen, semua gereja, mestilah hidup dalam persaudaran yang rukun, karena semua gereja Tuhan adalah anak-anak Allah yang sama. (Pdt. Novita Sutanto)
DOA:
Tuhan, mampukan kami hidup rukun bersama dengan saudara-saudari dalam persekutuan iman kami. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 80:2-8, 18-20; 2Sam. 7:18-22; Gal. 4:1-7
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.