Dalam janji pernikahan selalu ditutup dengan pernyataan: ‘sampai kematian memisahkan kita’. Satu penutup sebuah janji yang kurang menyenangkan! Kenapa harus ada perpisahan? Kenapa tidak dibuat yang lebih ‘mesra’: ‘sampai di surga sana’ atau ‘sampai di dalam kekekalan/keabadian’? Memang kelihatannya baik, tetapi ‘keabadian’ bukan ‘wilayah kit
Pertanyaan orang Saduki mencoba masuk ke dalam wilayah keabadian. Jawab Yesus sangat tegas, ‘itu bukan wilayahmu’. Lihatlah segala sesuatu di balik kematian dalam terang kebangkitan. Pengharapan di balik kematian pasti ada dalam terang kebangkitan Kristus, namun jangan memandang keabadian itu seperti kita hidup sekarang ini. Lalu seperti apa? ‘Bukan wilayahmu’! Batasmu adalah sampai kematian. Jangan mengurus sampai di balik kematian dan malahan kamu lupa mengurus apa yang menjadi tanggung jawabmu dalam hidup ini.
Kalau janji pernikahan ditutup dengan perpisahan karena kematian, maka isilah waktu yang terbatas itu sebaik mungkin, semesra mungkin, jangan mengurusi ‘kemesraan’ di balik kematian lalu dalam hidup ini malahan kita bertengkar terus.
Yesus bangkit, dan dalam Kristus kitapun akan bangkit, tetapi seperti apa bentuknya bukan urusan kita. Mari kita urusi hidup kita sekarang, agar ketika kematian datang kita siap menyambutnya. Tuhan memberkati!
RDJ
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.