Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! (Mazmur 24:7)
Masa raya Natal biasanya begitu kental dengan nuansa. Nuansa ini diciptakan secara dekoratif untuk menimbulkan kesan bahwa ini adalah suatu masa yang istimewa dan beda dari yang biasa-biasa saja. Bukan hal aneh jika kita memersiapkan berbagai macam hal untuk Natal, sebaliknya bila tidak ada yang disiapkan maka Natal terasa hambar. Di rumah, di gereja, di pusat pertokoan, semua orang menjadi lebih ‘sibuk’ untuk menyambut sukacita besar ini.
Bagaimana dengan Anda? Apa yang sedang atau sudah Anda siapkan untuk Natal kali ini? Acara perayaan yang meriah, kado Natal, baju baru, kartu ucapan, kunjungan, makanan dan kue yang lezat, pohon Natal dan berbagai dekorasi mungkin sudah Anda siapkan dengan baik. You’re ready for a Christmas party.
Tidak ada yang salah dengan ungkapan syukur yang limpah ruah ini. Kita semua layak bersukacita untuk kedatangan Sang Juruselamat. Tetapi tahukah Anda, bahwa Natal sebenarnya adalah sebuah kisah sedih.
Kisah Yusuf dan Maria
Mereka adalah sepasang muda-mudi yang menjalin kasih dan memiliki mimpi untuk membangun bahtera rumah tangga yang baik dan indah. Tetapi mimpi itu koyak ketika Maria harus mengandung bukan bayi mereka sebelum pernikahan yang mereka impikan dilaksanakan. Yusuf pada akhirnya tetap mengambil Maria sebagai istrinya dengan diyakinkan oleh malaikat Tuhan.
Dalam masa Maria mengandung bayi Yesus, terjadi kebijakan-kebijakan politis di negeri mereka yang mewajibkan semua orang kembali ke daerah asalnya dalam rangka sensus penduduk. Yusuf dan Maria harus menempuh perjalanan kembali ke Bethlehem, negeri asal Yusuf. Ketika mereka tiba di sana, tak ada satu tempat penginapan pun yang mau menampung mereka padahal sudah waktunya bagi Maria untuk melahirkan. Yang tersedia bagi mereka hanyalah kandang binatang.
Ketika bayi Yesus sudah lahir, raja Herodes memerintahkan membunuh anak-anak yang baru lahir di Bethlehem. Yusuf dan Maria harus melarikan diri dan membawa bayi Yesus pergi jauh agar tidak dibunuh oleh Herodes.
Pertanyaannya: Where is the Christmas party?
Kisah Orang-Orang Majus dari Timur
Mereka adalah orang-orang yang pandai dan terpelajar. Pengetahuan mereka luas dan merekalah para kaum intelektual pada zaman itu. Setelah mempelajari begitu banyak hal, mereka mengetahui bahwa seorang Raja akan segera lahir, seorang Raja yang sangat besar. Petunjuknya adalah sebuah bintang yang amat terang.
Dengan berbekal pengetahuan dan petunjuk bintang, mereka segera melakukan perjalanan menuju sang Raja yang baru lahir tersebut. Tujuan mereka jelas, istana tempat kediaman raja. Namun ternyata ‘Raja’ yang baru lahir itu tidak ada di sana. Dan dengan petunjuk awal mereka, orang-orang Majus ini dituntun pada sebuah kandang hewan tempat mereka harus berlutut menyembah.
Ketika intelektualitas dan pengetahuan kita yang hebat hanya menuntun kita pada sebuah kandang binatang yang kotor, masihkah kita ada di sana untuk merendahkan diri dan menyembah Dia?
Pertanyaannya: Where is the Christmas party?
Kisah para Gembala
Para gembala bermalam menggembalakan dombanya, biasanya hal ini terjadi pada musim panas ketika mereka harus semakin jauh mencari padang rumput untuk pakan domba-dombanya. Nyanyian malaikat dan kabar baik yang dikidungkan bala tentara surga itu menjadi privilege tersendiri bagi para gembala. Setelah mereka terhibur oleh penampilan yang begitu menakjubkan, mereka diminta untuk pergi menemui sang Raja yang baru lahir di tempat yang begitu akrab dengan mereka, yaitu kandang binatang.
Para gembala sangat bersukaria dalam kesederhanaan mereka. Mereka bukan orang-orang yang siap pesta tetapi hanya meresponi sukacita itu dengan segera mengikuti perintah untuk pergi menyembah bayi Yesus. Begitu sederhana.
Pertanyaannya: Where is the Christmas party?
Kisah kita, dulu dan sekarang…
Kisah kita juga ada dalam babak kelahiran Kristus. Maria dan Yusuf dalam keletihan mereka menempuh perjalanan yang jauh sedang mencari tempat bagi bayi Yesus untuk lahir. Ketika pintu diketuk, orang-orang menutup pintu bagi Yesus dan mengatakan tidak tersedia tempat dalam rumah penginapan bagi Yesus. Alasannya bisa macam-macam: bisa jadi rumah penginapan itu memang sudah penuh, atau masih ada tempat di rumah penginapan itu tetapi pasangan Yusuf dan Maria serta bayi yang akan lahir itu tidak layak ada di sana, atau masih ada tempat di rumah penginapan itu tetapi pemiliknya tidak mau repot bila ada tamu yang harus melahirkan di sana.
Pintu itu diketuk sekali lagi Natal kali ini… Dan kita adalah orang-orang yang sekali lagi menutup pintu bagi kelahiran Yesus serta mengatakan tidak tersedia tempat dalam hati kita bagi Yesus. Alasannya bisa macam-macam: bisa jadi hati kita sudah penuh sesak dengan berbagai macam urusan sehingga tidak ada lagi tempat bagi Yesus, atau masih ada tempat di hati kita tetapi bukan untuk Yesus, atau masih ada tempat di hati kita tetapi kita tidak mau ‘direpotkan’ oleh Yesus (Yesus pasti berbenah dalam hati yang kotor). Yesus ditolak dulu dan sekarang. Sungguh suatu kisah sedih yang terus berulang dari abad ke abad.
Pertanyaannya: Where is the Christmas party?
Bila Natal adalah suatu kisah yang sedih untuk apa kita merayakannya dengan gempita dan dengan benderangnya pohon Natal, lezatnya kue-kue, gaun yang indah, dekorasi yang spektakuler, ataupun jungkir-balik panitia menyiapkan acara Natal yang menyenangkan?
Kesalahannya tentu tidak terletak pada semua itu kecuali bila Natal menjadi pintu gerbang yang terbuka untuk membiarkan sang Raja Kemuliaan lahir dan masuk ke dalam hati kita.
There is a Christmas party after all
Pada akhirnya pesta Natal itu memang ada bila saat ini Yesus mengetuk dan bagi-Nya semua hati terbuka untuk menyambut kelahiran-Nya. Bila Anda seperti pemazmur katakan, mengakhiri kisah sedih Natal dengan mengangkat semua penghalang yang selama berabad-abad menghalangi Yesus masuk ke dalam hati Anda, maka layaklah Anda menyambut Natal dengan penuh ungkapan syukur. Selamat Natal, selamat membuka pintu hatimu bagi kedatangan Raja Kemuliaan, biarlah bumi dan surga merayakannya.
Tuhan memberkati.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.