masuk kotak

Masuk Kotak

Belum ada komentar 57 Views

John mempunyai seorang nenek yang jago bermain Monopoli. Setiap kali John bermain Monopoli dengan neneknya, pada akhir permainan, sang nenek mendapatkan semuanya dan John tidak memiliki apa-apa. Neneknya akan tersenyum dan berkata, “John, suatu hari kau akan belajar cara memainkannya.”

Suatu musim panas, ketika John berusia sekitar tiga belas tahun, seorang anak yang jago bermain Monopoli pindah ke sebelah rumahnya. John berlatih bersamanya setiap hari karena dia tahu neneknya akan datang pada bulan September. Ketika hari itu tiba, John berlari menyambutnya dan berkata, “Halo Nek, bagaimana kalau kita bermain Monopoli?

Mata neneknya berbinar dan berkata, “Ayo, John.” Tetapi kali ini John telah siap menghadapinya. Dengan segera dia mengalahkan neneknya. Menurut John, itu adalah hari yang terhebat dalam hidupnya. Neneknya pun tersenyum dan berkata, “John, karena sekarang kau sudah tahu cara memainkannya, izinkan aku memberimu pelajaran tentang hidup: Semuanya akan kembali ke dalam kotak.”

“Apa maksudnya Nek?” tanya John. Kata neneknya, “Semua yang kaukumpulkan, semua hotel, rumah, peralatan, uang tunai, semuanya akan kembali ke dalam kotak. Kaudapat mengumpulkan semua uang, pengakuan dan kekuasaan atau status yang kauinginkan dalam hidup, tetapi akhirnya semua itu akan kembali ke dalam kotak.

Tulisan di atas adalah cuplikan dari sebuah buku yang ditulis oleh Ken Blanchard, seorang penulis terkenal yang beberapa bukunya menjadi buku terlaris internasional.

Pelajaran hidup dari sang nenek sudah diterapkan oleh banyak orang, di antaranya oleh Sulaiman Al-Rajhi, seorang miliarder dari Arab Saudi, yang pada tahun 2011 dinobatkan sebagai orang ke-120 terkaya di dunia oleh majalah Forbes. Kekayaannya tercatat 77 miliar dolar. Dia memiliki kebun kurma seluas 5.466 hektar dengan 200 ribu pohon.

Setiap bulan Ramadan dia mewakafkan buah kurmanya untuk berbuka puasa di Masjidil Haram di Makkah dan Masjidil Al Nabawi di Madinah. Hampir 30 tahun lamanya dia berupaya menghubungkan nilai-nilai Islam dari Arab Saudi dengan nilai-nilai Kristen dari negara barat dalam prinsip ekonomi. Dia kemudian memantapkan diri untuk melepas semua kekayaan yang dimilikinya dan hidup seadanya seperti orang miskin. Baginya seluruh materi yang dimiliki adalah semata-mata titipan Tuhan yang setiap saat bisa diambil kembali. Meskipun demikian, Sulaiman Al-Rajhi dapat menikmati hidupnya dengan tenteram.

Petrus Kanisius Harjo Sudiro, 80 tahun, tinggal di Kampung Mancasan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta. Pensiunan guru mata pelajaran kimia di SMA Kolese De Britto itu menjadi tenar karena motor bututnya terjual melalui sebuah lelang online yang digelar para bekas muridnya di De Britto. Suzuki tua itu berhasil dilelang Rp 36,4 juta. “Saya mengira kalau bisa laku Rp 3 juta saja sudah sangat bagus, kok malah sampai segitu,” ujar ayah satu anak itu. Motor tua yang menemani Harjo selama 40 tahun terakhir itu ‘terpaksa’ dilelang bukan karena desakan kebutuhan, tetapi karena ia sudah tak bisa mengurus perpanjangan surat izin mengemudi (SIM).

Namun bukan lantaran harga penjualan motor tuanya yang selangit itu yang membuat Harjo menjadi perbincangan. Ia bukan orang tamak. Ia memilih menyumbangkan lebih dari separuh hasil lelang motornya untuk membantu operasional panti asuhan yang menampung anak-anak cacat ganda. Padahal, Harjo lima tahun ini mengidap sakit jantung dan diharuskan dokter memakai alat pacu. Uang pensiun yang ia terima hanya Rp 1,1 juta per bulan.

Sisa uang penjualan motor itu baru akan digunakan Harjo untuk kebutuhannya. Antara lain untuk memperbaiki sumur rumahnya yang rusak. Harjo mengaku tak berharap apa-apa di usia senjanya saat ini. Ia menyumbang karena menganggap anak-anak di panti asuhan itu yang pantas menerima. “Anak-anak itu kan masih berhak punya harapan, saya sudah tua, tak berharap apa-apa,” ujarnya.

Kedua contoh di atas adalah orang yang benar-benar memiliki kesadaran bahwa akhirnya semua akan masuk ke dalam kotak. Akan tetapi, masih banyak sekali orang-orang yang tidak memiliki kesadaran itu. Begitu banyak pejabat, pengusaha, anggota parlemen, hakim, pengacara dan lain-lain, yang gajinya berpuluh kali lipat dari pak Harjo, masih saja menginginkan uang lebih banyak dan lebih banyak lagi dengan melakukan korupsi. Bahkan ada seorang perwira menengah yang mengedarkan uang palsu untuk memperkaya dirinya. Alih-alih menyiapkan diri untuk kembali masuk kotak, mereka memilih memakai rompi jingga dan masuk kotak berjeruji di penjara.

Bagaimana dengan kita? Mari mulailah kita berbagi dari sekarang, berbagi tidak harus berupa materi, tetapi bisa berupa tenaga, pikiran atau waktu. Jangan sampai kita keburu masuk kotak yang berukuran 200 cm x 60 cm sebelum kita sempat berbagi. Salam damai.

» Sindhu Sumargo

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Artikel Lepas
  • Kami Juga Ingin Belajar
    Di zaman ini, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat, manusia justru diperhadapkan dengan berbagai macam masalah...
  • KESAHAJAAN
    Dalam sebuah kesempatan perjumpaan saya dengan Pdt. Joas Adiprasetya di sebuah seminar beberapa tahun lalu, ia menyebutkan pernyataan menarik...
  • Tidak Pernah SELESAI
    Dalam kehidupan ini, banyak pekerjaan yang tidak pernah selesai, mulai dari pekerjaan yang sederhana sampai pekerjaan rumit seperti mengurus...
  • Mengenal Orang Farisi
    Bedah Sejarah Israel Di Masa Yesus
    Arti Kata Farisi Kata Farisi—yang sering diterjemahkan sebagai ‘memisahkan/terpisah’— menunjukkan sikap segolongan orang yang memisahkan diri dari pengajaran—bahkan pergaulan—...
  • Mengenal Sosok Herodes
    Bedah Sejarah Israel Di Masa Yesus
    Herodes dalam Injil Banyak orang tidak terlalu menaruh perhatian pada sosok Herodes dalam Injil. Kebanyakan mereka hanya tahu bahwa...