Musuh persatuan adalah individualistis dan perceraian.
Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? (Ayub 2:10b)
Sejak Ayub mengalami musibah: kehilangan semua anak-anaknya, hartanya dan dijauhi istrinya, beberapa teman secara intensif menemaninya. Mereka berbeda pendapat, tetapi mereka bersatu duduk bersama Ayub dalam sepi dan empati selama 7 hari 7 malam (Ayub 2:13).
Beberapa pertanyaan bagi kita dalam rangka Bulan Keluarga ini:
- Apakah kita menyediakan diri untuk duduk bersama merasakan yang anggota keluarga kita rasakan saat melewati hari-harinya dalam suka maupun susah?
- Apakah seperti Ayub kita tetap bersatu dengan Tuhan dalam suka maupun susah bersama keluarga kita juga?
Perjamuan Kudus bersama dengan anak hari ini mengajak kita bersatu dengan Tuhan tetapi juga dengan sesama. Bersatu dapat dilakukan dengan keberanian melepas apa yang kita pikir paling baik demi kepentingan diri kita sendiri dan mulai melihat apa yang paling baik demi kepentingan bersama. Itulah yang juga Tuhan Yesus kerjakan dalam hidupnya: tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan (Fil 2:5-7).
Refleksi: Apa milik kita yang kita tidak akan pertahankan demi kita bersatu dengan sesama, bahkan anggota keluarga kita?
(riajos)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.