Seorang ibu di Panti Werdha telah banyak mengajarkan saya tentang kasih Allah yang tiada terukur. Setiap kali bertemu dengannya, si ibu selalu minta saya berdoa, setelah itu ia berkata kepada saya “TERIMA KASIH YA…, TUHAN YESUS BAIK, DIA MENGASIHI SAYA”. Terus terang saya kagum dengan apa yang dikatakan. Meskipun kondisi fisik masih tetap seperti kemarin, terbaring sakit dengan tubuh melemah, tetapi si ibu tidak mengeluh sedikitpun malah sebaliknya semakin percaya kasih Tuhan. Dari mulut dan matanya saya melihat sesuatu, si ibu memang sakit tetapi imannya sehat dan kuat. Iman itulah yang mampu menerobos kelemahan dan penderitaannya untuk selalu melihat Kasih Tuhan yang besar.
Manusia sehebat Albert Einstein pun, tak dapat mengukur seberapa panjang, dalam , tinggi Kasih Allah dalam hidupnya. Kita juga tak dapat mengukur apakah Allah mengasihi kita , berdasarkan situasi dan kondisi yang kita alami. Tetapi kita dapat memahami dan merasakan kekuatan Kasih Allah.
Dari balik penjara Roma Paulus berdoa, supaya semua orang kudus dapat memahami kasih Allah yang panjang, lebar, tinggi dan dalam itu (18). Maksudnya adalah penderitaan yang kita alami bukanlah bukti bahwa Allah tidak mengasihi kita. Sebaliknya kekuatan kasih Allah justru menjangkau kita dalam segala kondisi.
Ls
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.