Kita semua adalah anggota keluarga Allah (familia Dei), yang terbentuk karena kepatuhan dan cinta pada Allah yang menghadirkan diri-Nya kepada kita di dalam Yesus Kristus di dalam kuasa Roh Kudus yang mempersekutuan itu. Familia Dei terbentuk melampaui ikatan darah, marga, suku, atau bahkan bangsa.
Di dalam bacaan Injil minggu ini, dikisahkan para anggota keluarga Yesus yang sedarah berusaha “mengambil Dia” (ay. 21) dan Yesus pun menolak. Di dalam familia Dei, tak ada yang dapat mengklaim Kristus sebagai milik mereka. Sebab, anggota keluarga Allah adalah milik Allah di dalam Kristus. Mungkin hal ini perlu memaksa kita meninjau ulang cara kita beragama dan hidup sebagai anggota keluarga Allah. Apakah selama ini kita tergoda untuk mengklaim Allah sebagai milik kita yang karenanya menjadi milik eksklusif kita? Bagaimana kita menghayati kenyataan baru bahwa Allah melampaui batas-batas religius yang kita bayangkan? Bukan Allah yang menjadi milik kita, namun kitalah yang menjadi milik-Nya. Oleh karenanya, janganlah “mengambil” Dia ke dalam kelompok kita, sebab kitalah yang “diambil”-Nya ke dalam pelukan-Nya.
Di dalam kisah Injil, familia Dei yang melampaui batas-batas darah, kesukuan, bahkan keagamaan itu, anggota keluarga Allah mendapat sebuah definisi yang baru, yaitu mereka yang “melakukan kehedak Allah.” Maka, hanya ada satu cara untuk menegaskan dan membuktikan bahwa kita adalah anggota familia Dei, yaitu melakukan apa yang harus kita lakukan, yang menjadi kehendak Allah.
ja
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.