Kumar Kashyap yang biasa dipanggil Prince — seorang bocah laki-laki berusia 6 tahun—mengalami musibah. Ia terjebak di sumur sedalam 18 meter selama dua hari di desa Haldaheri, sebelah utara negara bagian Haryana, India.
Penyelamatan terhadap Prince yang disiarkan secara langsung di televisi berlangsung dramatis. Kamera CCTV diletakkan di bawah sumur untuk memantau kondisi Prince. Jutaan pemirsa ikut menjadi saksi penyelamatan ini. Akhirnya, Prince berhasil diselamatkan oleh tentara, tepat pada hari ulang tahunnya.
Simpati kemudian berdatangan dari berbagai kalangan, termasuk dari para pejabat. Prince diguyuri beragam hadiah. Ayahnya, seorang petani miskin, kini memiliki sepeda baru. Rezeki nomplok juga menghujani desa Haldaheri. Demikian dilansir AFP dari Times of India.
Kepala Menteri negara bagian Haryana mengucurkan dua juta rupee untuk pembangunan desa miskin tersebut. Jalan diperbaiki dan jaringan listrik yang lapuk diganti. Kini Prince bak pahlawan bagi desa Haldaheri. Prince tercatat menerima 700 ribu rupee dari pemerintah. Sebuah stasiun televisi membiayai hidup dan pendidikan Prince.
Sama dengan sebuah kisah yang berbeda dari seorang tokoh di tempat yang berbeda dan di zaman yang berbeda pula. Ia seorang berparas elok, yang menjadi idaman setiap wanita. Ia menjadi anak kesayangan ayahnya. Namun, justru hal-hal baik itulah yang menjadi pangkal kemalangannya. Saudara-saudaranya sangat membencinya. Sampai akhirnya, mereka membuangnya ke dalam sumur.
Kemalangan inilah yang membawanya sampai di Mesir dan menjadi budak belian. Anda tahu siapa dia? Ya! Dialah Yusuf, anak kesayangan Yakub. Justru kebencian saudara-saudaranya itulah yang membawanya ke puncak keberhasilan. Dia menjadi orang nomor dua di Mesir, setelah Raja Firaun.
Kekuasaan yang dimilikinya inilah yang akhirnya dapat menolong keluarganya dari bencana kelaparan di negeri mereka. Bahkan, ia meluputkan bangsa Israel dari malapetaka. Mungkin Yusuf bertanya kepada Allah, mengapa ia menderita padahal ia telah hidup di jalan Tuhan? Dan, mengapa ia malah dipenjara, padahal ia telah mempertahankan prinsip hidupnya untuk tidak tergoda oleh istri Potifar?
Itulah Yusuf yang kita kenal. Seorang yang teguh imannya. Ia hidup di jalan Tuhan. Walaupun ia menderita bukan karena kesalahannya, ia tidak memberontak, tetapi berserah. Yusuf juga tidak membalas dendam kepada saudara-saudaranya, karena ia tahu bahwa segala sesuatu yang dialaminya terjadi atas izin Tuhan untuk kebaikannya dan keluarganya, bahkan untuk kebaikan bangsanya.
Nasib baik, nasib buruk, siapa tahu? Itulah pepatah Cina yang menggambarkan kisah Prince maupun Yusuf. Kadang musibah membawa berkah. Sebaliknya, kadang berkah menjadi musibah.
Oleh karena itu, ketika kita mengalami musibah, jangan menyalahkan orang lain, apalagi Tuhan. Tetapi, percayalah bahwa Tuhan mempunyai maksud baik dengan mengizinkan musibah terjadi. Paling tidak, kita menjadi orang yang lebih tegar dan sabar. Sebaliknya, ketika berkah melimpah, jangan takabur, berhati-hatilah menggunakannya, karena kita bisa terjebak pada perbuatan dosa.
Seperti siang berpasangan dengan malam, demikian juga musibah dan berkah, datang silih berganti di dalam kehidupan kita. Baiklah, kita meminta kearifan dari Tuhan di dalam menyikapinya, agar segala sesuatu menjadi baik untuk semuanya. Allah tidak akan mengecewakan orang yang setia. Segala rancangan-Nya tidak akan mencelakakan, tetapi mendatangkan kebaikan untuk orang yang setia. Karena di balik musibah, ternyata tersimpan berkah.
Selamat hidup setia!
Eddy Nugroho
*) Diambil dari buku “HARGA SEBUAH KEAJAIBAN”, Eddy Nugroho, Gloria Graffa, cetakan kedua, Mei 2008.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.