Pak Pendeta yang budiman,
Kami berdua suka pada rubrik asuhan Bapak, karena sebagai warga jemaat yang awam terhadap teologi, pengetahuan kami diasah oleh jawaban dan nasihat Bapak. Izinkanlah kami mengajukan beberapa pertanyaan:
1. Intervensi Allah versus Kebebasan Manusia
Dalam pertandingan-pertandingan kelas dunia seperti World Cup baru-baru ini atau Thomas Cup, sering para suporter dengan tegang menonton lalu menaikkan doa agar jagoan mereka menang. Demikian juga ajakan para pemandu acara di TV lokal kepada pemirsa-pemirsa mereka.Seberapa jauh intervensi Allah terhadap permainan-permainan tersebut? Apakah pemenangnya sudah ditentukan oleh-Nya, atau menang/kalah adalah hasil usaha manusia sendiri? Bukankah manusia diberi kebebasan berlatih dengan giat agar menang, bukan berdoa untuk menang, apalagi tanpa disertai dengan usaha keras?
Demikian juga dengan jodoh. Apakah orang boleh mengatakan bahwa pasangannya adalah jodoh dari Tuhan, padahal ia sendirilah yang memilih dan menentukannya?
2. Kitab Suci atau Kabar Baik
Alkitab adalah Kitab Suci yang dibaca setiap hari sebagai panduan hidup kami. Sering juga Alkitab disebut dengan “Kabar Baik”.Apakah istilah Kabar Baik ini tidak mengurangi wibawa Kitab Suci? Apakah Alkitab yang sudah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa dan dengan beberapa versi, benar-benar sesuai dengan aslinya?
3. Ke Gereja
Sering kita jumpai orang yang berkata: “Kalau nggak ke gereja untuk ibadah hari Minggu, rasanya ada sesuatu yang kurang pas dan mengganjal di hati” sehingga kemudian merasa berdosa. Apakah pendapat seperti ini dapat dibenarkan?Banyak terima kasih atas jawaban Pak Pendeta.
(Tabik dan hormat kami berdua, pasutri Bibit & Ria S.)
Bapak Bibit dan Ibu Ria yang baik,
Ini jawaban saya untuk pertanyaan yang Bapak dan Ibu sampaikan:
1. Intervensi Allah vs Kebebasan Manusia
Dalam kitab Kejadian dengan jelas dikisahkan, bahwa Allah menciptakan manusia dengan kehendak bebasnya. Karena itulah kepada Adam dan Hawa diberikan pilihan untuk makan atau tidak makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat (Kej. 2:17). Konsekuensi logis dari penciptaan itu, maka meski Allah Mahakuasa, tetapi Allah menahan kuasa-Nya dan tidak melakukan intervensi kecuali dalam kasus-kasus khusus. Intervensi Allah bukan untuk memenangkan salah satu pihak yang sedang berkompetisi. Jadi kalau ada hamba Tuhan yang berani memaksa Allah untuk membela pihak tertentu, jelas itu pemahaman yang keliru. Yang menang adalah yang terbaik, hasil dari latihan yang baik, itu saja!
Lalu bagaimana dengan perjodohan? Sama saja. Dalam Alkitab memang ada kisah di mana Allah sepertinya mengatur perjodohan. Tetapi itu adalah kasus khusus. Dari seluruh Alkitab hanya beberapa kasus saja. Yang biasa ya Allah membebaskan manusia untuk memilih jodohnya. Ia menciptakan manusia itu laki-laki dan perempuan untuk menjadi penolong yang sepadan. Jadi jodohnya laki-laki ya perempuan, begitu pun sebaliknya. Siapa pun dia. Kita diberi kemampuan akal budi untuk menemukan jodoh kita. Tentu kita bisa berdoa memohon hikmat Tuhan, tetapi kita juga harus mencari jodoh kita. Keputusan terakhir tetap pada kita dan kita harus bertanggung jawab dengan keputusan kita. Jangan menyalahkan Tuhan kalau ternyata pilihan kita salah. Karena pada hakikatnya, tidak ada pilihan yang sempurna. Yang penting bagaimana kita berkomitmen untuk hidup bersama di tengah ketidaksempurnaan itu.
2. Kitab Suci atau Kabar Baik
Kewibawaan Alkitab tidak dibangun atas dasar namanya. Apapun namanya, yang penting, apakah Firman itu bisa mengubah hidup manusia menjadi lebih baik. Jika ya, maka Alkitab itu berwibawa. Berdasarkan pengalaman iman banyak orang, Firman yang tertulis di dalam Alkitab itu memang bisa menginspirasi dan mengarahkan orang ke arah yang lebih baik dan di situlah terletak kewibawaan Alkitab. Selain itu, kewibawaan Alkitab juga berasal dari Allah. Kita meyakini bahwa tulisan dalam Alkitab, meskipun berasal dari banyak penulis, sesungguhnya merupakan karya Allah melalui para penulis tersebut. Jadi apapun namanya, tetap Alkitab adalah sebuah kitab yang merupakan karya Allah. Di situlah terletak kewibawaan Alkitab. Kewibawaan Alkitab juga berasal dari gereja yang menjadi kepanjangan tangan Allah untuk menentukan kanon Alkitab.
Mengenai penerjemahan pastilah sudah diupayakan semirip mungkin dengan teks aslinya. Namun karena keterbatasan teks asli itu sendiri (ada yang rusak) serta keterbatasan bahasa yang dipakai untuk menerjemahkan, harus diakui bahwa kadang-kadang ada beberapa penerjemahan yang tidak bisa mengungkapkan secara persis apa yang dimaksud dalam teks aslinya. Karena itu penting sekali membaca Alkitab dari beberapa penerjemahan, syukur kalau bisa membaca teks aslinya.
3. Ke Gereja
Satu kegiatan yang dilakukan secara rutin dan terus-menerus (seperti ke gereja) memang bisa menimbulkan perasaan bersalah ketika kita tidak melakukannya. Apalagi ketika kita meyakini bahwa kegiatan itu memang seharusnya kita lakukan. Jadi ya wajar saja kalau perasaan mengganjal itu muncul. Tetapi ke gereja itu pada hakikatnya bukan sebuah paksaan melainkan undangan dari Tuhan. Kalau Anda ke gereja karena terpaksa (takut dihukum Tuhan), jelas motivasi seperti itu keliru. Namun kalau Tuhan yang mengundang Anda, mengapa Anda tidak datang? Kalau sedang berhalangan (asal tidak terus berhalangan) saya kira Tuhan bisa memahaminya. Tetapi kalau terus berhalangan, mestinya ada yang keliru dengan religiusitas Anda. Bukankah kalau teman mengundang, kita berusaha untuk datang? Apalagi Tuhan yang adalah sahabat dan sekaligus Juru Selamat kita… mestinya ya berusaha untuk datang.
Demikian jawaban saya, semoga bemanfaat buat pertumbuhan iman Anda.
Pdt. Rudianto Djajakartika
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.