Keluarga yang Menerapkan Sabda Kasih Allah

Keluarga yang Menerapkan Sabda Kasih Allah

Matius 22:34-46

Belum ada komentar 2126 Views

Banyak orang Kristen menghidupi imannya dengan memegangi erat-erat berbagai kepastian yang tak dapat ditawar-tawar. Surga ada di atas, neraka ada di bawah, dan mereka tahu persis siapa saja yang akhirnya akan ke atas atau ke bawah. Dunia diciptakan selama 6 hari atau 144 jam, tidak kurang dan tidak lebih. Tidak ada ruang untuk bertanya atau bersikap ragu-ragu. Inilah sikap para Farisi dan sang ahli Taurat yang bertanya kepada Yesus: “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” (Mat. 22:34).

Yesus memuaskan orang itu dengan mengatakan apa yang dipegangi oleh semua orang Israel: mengasihi Allah dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatan (Ul. 6:5), yang adalah bagian dari “shema Israel” (“dengarlah hai IsraelUl. 6:4). Tetapi Yesus tidak berhenti di situ, IA melanjutkan dengan mengutip Im. 18:19; mengasihi sesama seperti diri sendiri. Para Farisi dan ahli Taurat yang disapa Yesus mestinya hafal isi ayat yang dikutip Yesus itu secara lengkap.

Dengan jawaban-Nya, Yesus hendak menekankan setidaknya dua hal. Pertama, hukum yang terutama adalah “mengasihi”, mengasihi Allah dahulu, kemudian mengasihi sesama, sebagai suatu keutuhan yang tak terpisahkan. Yang kedua, mengasihi adalah kata kerja, aksi, bukan pengertian abstrak. Oleh karena itu mengasihi adalah usaha, proses belajar yang tak pernah boleh usai.

Keluarga Kristen dikehendaki Tuhan menjadi wadah orang percaya belajar dan bertumbuh “menerapkan sabda kasih Allah”. Belajar mengasihi Allah dan mengasihi sesama secara nyata, betapa pun sulitnya. Tidak dengan kebetulan Yesus mengutip dari Im. 18:19 yang lengkapnya berbunyi demikian: “Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.” Mengasihi sesama secara tidak pilih bulu, secara all out.

Alangkah sulitnya! Bagaimana lalu dengan mereka yang telah menipu, menghina, menyakiti, mengkhianati, menelantarkan saya? Memang sulit, dan tidak pernah di manapun dikatakan bahwa mengasihi adalah mudah. Itu sebabnya ketimbang memegangi berbagai kepastian iman tetapi menutup mata pada panggilan untuk mengasihi secara nyata, mari kita belajar untuk mengasihi. Belajar dengan rendah hati, seraya mengakui bahwa untuk itu kita butuh pertolongan. Dari Tuhan, dari orang lain.

PWS

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Khotbah Minggu
  • MERDEKA UNTUK BERBEDA
    Lukas 9:51-56; Galatia 5:1, 13-25
    Salah satu ekspresi dari hidup di dalam kemerdekaan adalah kebebasan untuk menjadi diri sendiri, sekalipun itu berarti berbeda dari...
  • MENJADI GEREJA YANG MENGAKU
    Roma 10:9-12
    Sebuah pengakuan, mesti diikuti tindakan yang sejalan dengan pengakuan tersebut. Sungguh aneh, jika kita mengaku Kristus adalah Tuhan tetapi...
  • MENGIMANI ALLAH TRINITAS
    Amsal 8:1-4, 22-31; Mz. 8; Roma 5:1-5; Yoh. 16:12-15
    Belajar dari pemazmur, aku mencoba untuk mengenal Allah. Ku lihat alarm semesta, Bintang, matahari dan bulan serta berbagai bunga...
  • ROH KUDUS DAN MISI
    Kej. 11:1-9; Mz. 104:24-34, 35b; Kis. 2:1-21; Yoh. 14:8-17, 25-27
    Sungguh menarik bacaan leksionari kita hari ini. Ketika kisah para Rasul memberitakan tentang dicurahkannya Roh Kudus, dengan salah satu...
  • KESELAMATAN DAN KESATUAN IMAN
    Kis. 16:16-34; Mz. 97; Wahyu 22:12-21; Yoh. 17:20-26
    Injil Yohanes 17:20-21, menggambarkan, tentang keselamatan, sebagai masuk ke dalam persekutuan Allah Trinitas. (…agar mereka di dalam kita___). Dengan...