Belajarlah dari Sejarah

Belajarlah dari Sejarah

Keluaran 17:1-7; Mazmur 78:1-4, 12-16; Filipi 2:1-13; Matius 21:23-32

Belum ada komentar 148 Views

Beberapa waktu belakangan, muncul sebuah pameo yang laris-manis di kalangan aktivis sosial di Indonesia, yaitu: “Menolak Lupa!” Pameo ini sangat penting terkhusus bagi sebuah bangsa seperti Indonesia, yang tampaknya memang suka melupakan sejarah masa silam. Beberapa pemikir, mulai dari Edmund Burke hingga George Santayana, mengingatkan, “Siapa yang melupakan masa silam akan terkutuk untuk mengulanginya.”

Rupanya, iman Kristen meneruskan cara beriman Yahudi yang menekankan pentingnya mengingat (remembering). Melalui ingatan kita dimasukkan kembali (re-member) ke dalam kehidupan pelaku sejarah masa silam. Begitu pentingnya ingatan, sampai-sampai Kristus menegaskan para murid-Nya untuk memberlakukan perjamuan kudus sebagai kenangan akan diri-Nya. Seolah-olah, saat kita makan dan minum melalui perjamuan kudus, kita menjadi anggota persekutuan (re-member) para murid di seputar meja saat malam terakhir Yesus sebelum Ia ditangkap dan disalibkan.

Iman semacam ini khas Yahudi. Dalam Mazmur 78, Asaf berseru, “Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami, kami tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian …” (ay. 3-4a). Iman tanpa ingatan adalah mati. Sebaliknya, iman yang menolak lupa pada sejarah akan menjadi iman yang kokoh, setidaknya untuk tiga alasan. Pertama, kita dapat belajar dari keberhasilan dan kegagalan umat Allah di masa silam. Kedua, kita dapat diyakinkan bahwa Allah yang telah berkarya dulu adalah Allah yang sama yang masih akan terus berkarya kini.

Ada satu hal lain yang penting, yaitu bahwa ingatan (re-member) ternyata berkorelasi dengan pengampunan (for-give). Kita hanya dapat mengampuni jika kita mengingat kesalahan orang lain. Sebaliknya, pelupaan (for-get) justru menjadi lawan dari pengampunan. Maka, tepatlah apa yang dikatakan oleh Demond Tutu: “Bagaimana kita dapat mengampuni, jika kita melupakan orang yang berbuat salah kepada kita?” Mari kita latih kembali seni dan dimensi iman yang telah mulai hilang ini, yaitu seni mengenang, seni menolak lupa dan karenanya … seni mengampuni.

ja

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Khotbah Minggu
  • MERDEKA UNTUK BERBEDA
    Lukas 9:51-56; Galatia 5:1, 13-25
    Salah satu ekspresi dari hidup di dalam kemerdekaan adalah kebebasan untuk menjadi diri sendiri, sekalipun itu berarti berbeda dari...
  • MENJADI GEREJA YANG MENGAKU
    Roma 10:9-12
    Sebuah pengakuan, mesti diikuti tindakan yang sejalan dengan pengakuan tersebut. Sungguh aneh, jika kita mengaku Kristus adalah Tuhan tetapi...
  • MENGIMANI ALLAH TRINITAS
    Amsal 8:1-4, 22-31; Mz. 8; Roma 5:1-5; Yoh. 16:12-15
    Belajar dari pemazmur, aku mencoba untuk mengenal Allah. Ku lihat alarm semesta, Bintang, matahari dan bulan serta berbagai bunga...
  • ROH KUDUS DAN MISI
    Kej. 11:1-9; Mz. 104:24-34, 35b; Kis. 2:1-21; Yoh. 14:8-17, 25-27
    Sungguh menarik bacaan leksionari kita hari ini. Ketika kisah para Rasul memberitakan tentang dicurahkannya Roh Kudus, dengan salah satu...
  • KESELAMATAN DAN KESATUAN IMAN
    Kis. 16:16-34; Mz. 97; Wahyu 22:12-21; Yoh. 17:20-26
    Injil Yohanes 17:20-21, menggambarkan, tentang keselamatan, sebagai masuk ke dalam persekutuan Allah Trinitas. (…agar mereka di dalam kita___). Dengan...