Shalom Pdt.Rudianto,
Saya telah membaca posting Pdt.Rudianto tentang dosa warisan. Orang berdosa sudah tentu akan masuk neraka jika tidak bertobat. Sekarang saya hendak bertanya, bagaimana pula dengan bayi yang mati sejurus saja dilahirkan ataupun bayi yang mati dalam kandungan ibunya? Apakah bayi itu akan masuk neraka karena dia tidak berkesempatan untuk mendengar mengenai Yesus dan tidak berkesempatan untuk bertobat?
Saya dahului jawaban Pdt. Rudianto dengan ucapan terima kasih. Tuhan memberkati.Nama: vusak
Email: vusak333@xxx.com
Pdt. Rudianto Djajakartika:
Saudara Vusak yang baik,
Manusia memang dikandung dan dilahirkan dalam dosa (Mazmur 51:7). Tetapi kasih dan anugerah Allah jauh melebihi keberdosaan manusia. Itulah sebabnya Rasul Paulus menyaksikan, bahwa Allah sudah mengasihi kita, ketika kita masih berdosa (Roma 5:8). Begitu dalam dan luasnya kasih dan anugerah Allah itu, sehingga ketika kita masih seteru (baca: berdosa), kita sudah diperdamaikan dengan Allah melalui kematian Kristus (Roma 5:10). Kasih dan anugerah Allah ini merangkul siapapun (termasuk bayi yang lahir lalu mati). Karena itulah, dalam kematian Kristus, semua orang beroleh kasih karunia (Roma 5:15; 18-19). Melalui kematian Kristus, Allah sudah tidak marah lagi kepada manusia yang berdosa, siapapun mereka itu. Di hadapan Allah, mereka sudah dianggap sebagai orang benar (Roma 5:19). Kita sungguh patut bersyukur mempunyai Allah yang begitu mengasihi kita dan tidak lagi memperhitungkan segala keberdosaan kita.
Tetapi justru karena kasih karunia Allah yang sangat dalam inilah, maka Allah amat menghargai kebebasan manusia. Allah tidak pernah main paksa terhadap manusia. Meskipun Allah begitu ingin mengasihi manusia, tetapi Allah tetap menghargai kebebasan manusia untuk menerima atau menolak kasih karunia-Nya.
Manusia menerima kasih karunia Allah ini melalui iman dan keyakinan manusia itu kepada-Nya. Termasuk karya pengorbanan Allah melalui Kristus di kayu salib. Iman dan keyakinan manusia itu lalu diwujudkan dalam pertobatannya dari kehidupan lama yang berdosa serta memasuki kehidupan yang baru. Lalu bagaimana dengan bayi yang lahir lalu mati? Jangankan beriman, bahkan bayi itu sendiri belum mempunyai kehendak untuk menerima atau menolak kasih karunia Allah itu.
Alkitab memang tidak menjelaskan lebih jauh mengenai hal ini. Tetapi karena kasih karunia Allah juga merangkul bayi-bayi ini, maka kita percayakan saja bayi-bayi ini kepada Allah yang penuh kasih karunia itu. Saya percaya, bahwa Allah yang penuh kasih karunia itu pasti akan menyelamatkan bayi-bayi tersebut, entah bagaimana caranya.
Demikian jawaban saya, semoga semakin meyakinkan Anda, bahwa kasih karunia Allah adalah jawaban dari banyak misteri hidup yang kadang kita tidak pernah bisa mendapatkan jawabannya secara pasti. Tuhan memberkati saudara!