Kasih Allah terhadap umat Israel tidak pernah berubah. Ketika bangsa Israel diijinkan Tuhan mengalami pembuangan di tengah-tengah bangsa kafir, bukan semata-mata untuk menyingkirkan mereka dari hadapan Allah, melainkan bertujuan untuk menyadarkan umat dari dosa-dosa mereka.
Melalui proses penyadaran yang dialami oleh umat Israel selama masa pembuangan, hati mereka ditahirkan dan dibaharui. Pemurnian diri dan pemulihan hubungan dengan Tuhan hanya dapat terjadi karena kasih-karunia Allah. Itu sebabnya di Yeh. 36:25, Allah berfirman: “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu”. Disini jelas Allah bertindak sebagai subyek yang berinisiatif untuk mencurahkan air jernih yang fungsinya untuk mentahirkan dosa-dosa umat. Inisiatif Allah tersebut terjadi karena hanya Allah saja yang memiliki air jernih yang mampu membersihkan umat dari seluruh kenajisannya. Umat berperan sebagai penyambut dan penerima air jernih Allah. Dengan demikian air jernih yang digunakan dalam nubuat nabi Yehezkiel berfungsi sebagai simbolisasi pengampunan dan pengudusan Allah.
Tindakan Allah yang mentahirkan umat Israel akan menghasilkan kehidupan yang diperbarui, sebab Allah mengaruniakan hati yang baru dan roh yang baru. ‘Hati’ dalam dunia Perjanjian Lama dipahami sebagai pusat atau inti dari kepribadian manusia. Karena itu apabila hati dan roh umat diperbarui oleh Allah, maka umat akan mengalami kelahiran baru, suatu kehidupan yang baru bersama dengan Tuhan. Manusia tidak lagi memusatkan diri pada misi pribadinya, melainkan misi Allah. Apapun yang dikerjakannya adalah semata-mata untuk kemuliaan Allah. Demikianlah kita sebagai umatNya, juga diundang untuk menyerahkan hidup kita dibimbing Roh-Nya yang kudus untuk misi yang baru dari Allah dalam hidup kita.
TT
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.