Menari Dalam Hujan

Belum ada komentar 776 Views

Tema bulan keluarga tahun ini membawa kenangan saya ke masa kecil. Saya paling suka menari dalam hujan, dalam arti yang sebenarnya. Saya sungguh merindukannya, karena itulah saat yang paling bahagia. Namun ibu saya selalu marah kalau saya pulang dengan basah kuyup. Jadi saya selalu bertanya: ‘menari dalam hujan’ itu suatu masalah atau bukan?

Buat ibu saya, jelas itu suatu masalah besar! Buat saya sebaliknya, itu suatu sukacita besar! Benar, hujan bisa membuat saya tergeletak karena sakit flu. Jadi suatu masalah ya…tetapi sukacita yang saya dapatkandari kesenangan itu mengalahkan semua penderitaan. Jadi buat saya ya tetap tidak masalah meski nantinya saya bisa kena flu. Toh itu baru kemungkinan, sedangkan sukacita yang saya dapat adalah kepastian!

Jadi, masalah atau tidak masalah memang amat tergantung dari cara kita memandangnya. Sebuah masalah bisa saja menjadi bukan masalah ketika kita bisa menerima kehadirannya sebagai sebuah konsekuensi logis keputusan kita. Bahkan kita bisa merayakan kehadirannya dengan menari bersamanya.

Kembali ke tema bulan keluarga: ‘Menari Dalam Hujan’. Saya jadi ingat pada pernyataan rasul Paulus dalam 2 Korintus 12:10: “Karena itu aku SENANG DAN RELA di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan OLEH KARENA KRISTUS. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat”.

Lo? Kelemahan, siksaan, kesukaran, penganiayaan, kesesakan kok SENANG DAN RELA? Apa tidak salah? Bagi Paulus jelas tidak salah! Karena ia meletakkan semua masalah itu dalam keputusannya untuk taat kepada Kristus. Ketika Kristus berkata: “cukup anugerah-Ku” (2 Korintus 12:9), maka sebagai konsekuensi logis ketaatannya, Paulus harus menerima fakta hadirnya masalah, yaitu ‘duri dalam dagingnya’. Pada waktu mengucapkan hal ini, ia sedang menari dalam hujan. Ia tidak peduli bahwa ‘hujan’ bisa menderanya dan membuatnya sakit, karena ia lebih peduli pada ketaatannyakepada Kristus.

Sebenarnya pada waktu itu Paulus tidak saja sedang merangkul masalahnya, tetapi juga sedang merangkul Kristus yang ditaatinya. Ia tidak saja sedang merayakan penderitaannya, tetapi juga sedang merayakan kehadiran Kristus dalam hidupnya sebagai TUHAN yang harus ditaatinya. Hasilnya sungguh luar biasa! Kelemahan dan kekuatan menyatu hadir dalam hidupnya. Kelemahan fisiknya dalam wujud ‘duri dalam daging’, sekaligus adalah kekuatannya menghadapi hal itu bersama Kristus.

Dalam hidup ini, masalah bisa menyapa kita kapan saja. Bentuknya juga bermacam-macam. Mengeluh, tetap saja masalah itu ada! Sebagai orang beriman, kita mendapat teladan dalam diri rasul Paulus. Ketika masalah tak terhindarkan, rangkullah masalah itu bersama Kristus. Menarilah bersamanya. Dan lihatlah, betapa kekuatan Kristus akan memampukan kita untuk terus menari bersama kelemahan (masalah) yang kita hadapi.

Ah… indahnya menari dalam hujan. Buat saya, hujan bukan masalah, karena saya menemukan sukacita ketika menari bersamanya…

> Pdt. Rudianto Djajakartika

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Renungan
  • Allah hadir bagi kita
    Biarkanlah, biarkanlah itu datang, ya Tuhan. Kami berdoa pada-Mu, biarkanlah hujan berkat turun. Kami menanti, kami menanti. Oh hidupkanlah...
  • MENCINTA DENGAN SEDERHANA
    Aku Ingin Aku ingin mencintaimu ciengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu...
  • SULUNG DALAM PALUNGAN
    Persekutuan Perempuan Jumat, 9 Desember yang lalu, temanya adalah “Cinta dalam Kesederhanaan”. Saya jadi ingat puisi Sapardi Djoko Damono,...
  • MELAYANI ITU INDAH
    Ketika kita berbicara tentang “melayani” maka hal ini sangat dekat dengan kehidupan Kristiani. Melayani (Yunani: diakoneo artinya to be...