keberagaman

Hidup untuk Berbuah

Belum ada komentar 794 Views

“Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah….”
(Filipi 1:22)

Hidup di dalam penjara tentu bukan kehidupan yang mudah. Yang menarik, surat rasul Paulus kepada jemaat Filipi ini dikirimkannya ketika ia berada di penjara, menantikan vonis apakah ia akan dibebaskan atau sebaliknya menjalani eksekusi.

Yang lebih menarik lagi, adalah pernyataannya: “Jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah…”, yang menunjukkan kesadaran akan arti hidup yang Tuhan berikan kepadanya, yaitu hidup yang tidak berpusat pada diri sendiri tapi pada sesama. Hidup yang memberi diri bagi kebaikan orang lain. Hidup yang bukan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri!

Mengapa saya katakan menarik? Justru karena konteksnya dari dalam penjara! Secara teori, ketika hidup manusia itu tidak nyaman, maka ia akan cenderung egois, mengasihani diri sendiri dan selalu mencari perhatian bagi dirinya sendiri. Alih-alih berbicara soal ‘bekerja memberi buah’, ia malahan mengharapkan menjadi penerima buah-buah pekerjaan orang lain. Tidak demikian dengan rasul Paulus. Meskipun ia dipenjarakan dan hidupnya susah, meskipun ia menderita, namun kesadaran dan komitmennya tetap jernih. Selama kehidupan masih dianugerahkan Tuhan, maka ia masih dipercaya untuk bekerja memberi buah!

Nah, bagaimana dengan kita? Hidup memang tidak selamanya mudah. Kadang kala penderitaan dan masalah bisa datang sewaktu-waktu. Di tengah tantangan dan sulitnya perjuangan hidup ini, apakah kita masih menyadari akan makna kehidupan yang Tuhan anugerahkan kepada kita? Untuk apa kita hidup di dunia ini? Bukankah untuk bekerja memberi buah? Sudah berapa banyak buah pelayanan yang kita persembahkan kepada-Nya dan kepada sesama kita? Di tengah ketatnya persaingan hidup ini, kadang kala waktu kita habis untuk bekerja dan bekerja. Benarkah tak ada waktu lagi untuk melayani? Benarkah tak ada ruang lagi untuk berbuah bagi sesama?

Pada bulan Juni ini, kita bersyukur karena GKI Pondok Indah boleh merayakan ulang tahunnya. Sejatinya, ulang tahun adalah peringatan akan anugerah kehidupan yang Tuhan berikan. Ulang tahun selalu membawa kita kepada sebuah perenungan, untuk apa anugerah yang Tuhan berikan? Apa makna kehadiran GKI Pondok Indah di dunia ini?

Bekerja memberi buah? Saya sungguh khawatir bahwa ungkapan ini makin lama makin kabur di tengah maraknya keprihatinan untuk berhemat, memotong anggaran, makin berkurangnya persembahan, dan banyak lagi lainnya. Benar, kita harus berhemat, dan benar, bahwa anggaran harus dipakai untuk program pelayanan yang baik, bahkan sekalipun penerimaan persembahan kita melimpah. Apalagi ketika saldo penerimaan kita menipis! Namun jangan sampai keprihatinan untuk berhemat itu lalu mengaburkan tugas dan makna keberadaan kita sebagai gereja di dunia ini, yaitu bekerja memberi buah! Ah, semoga hanya saya saja yang terlalu khawatir…

Kiranya justru dengan segala penghematan yang kita lakukan, maka buah-buah pelayanan kita makin ranum dan manis dirasakan oleh masyarakat di sekitar kita. Selamat ulang tahun GKIPI dan teruslah berbuah buat Tuhan dan dunia!•

» Pdt. Rudianto Djajakartika

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Renungan
  • Allah hadir bagi kita
    Biarkanlah, biarkanlah itu datang, ya Tuhan. Kami berdoa pada-Mu, biarkanlah hujan berkat turun. Kami menanti, kami menanti. Oh hidupkanlah...
  • MENCINTA DENGAN SEDERHANA
    Aku Ingin Aku ingin mencintaimu ciengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu...
  • SULUNG DALAM PALUNGAN
    Persekutuan Perempuan Jumat, 9 Desember yang lalu, temanya adalah “Cinta dalam Kesederhanaan”. Saya jadi ingat puisi Sapardi Djoko Damono,...
  • MELAYANI ITU INDAH
    Ketika kita berbicara tentang “melayani” maka hal ini sangat dekat dengan kehidupan Kristiani. Melayani (Yunani: diakoneo artinya to be...