Ada banyak cara yang Yesus bisa pakai untuk menyembuhkan. Kepada orang yang sakit kusta ini, Yesus memilih untuk menjamah orang itu. Tindakan Yesus menjamah orang yang sakit kusta ini pada satu sisi menempatkan Yesus menjadi ‘najis’ sesuai aturan Taurat pada lain sisi, Yesus ‘mematahkan’ belenggu sosial yang dikenakan kepada orang yang sakit kusta.
Pada masa itu, orang yang sakit kusta harus diasingkan dari masyarakat. Jika mereka bertemu orang, maka mereka harus berteriak: ‘najis-najis’, lalu orang-orang menyingkir daripadanya. Tetapi Yesus bukan hanya menyembuhkan, tetapi juga menjamah si kusta itu. Yesus tidak menjauh dari si kusta. Ia siap dianggap ‘najis’ demi ‘mematahkan’ belenggu sosial.
Pada masa kini, tidak sedikit belenggu sosial yang dikenakan kepada seseorang. Label ‘orang berdosa’ sering membuat orang yang merasa suci enggan bergaul dengannya. Label anak pandai dan anak bodoh sering membuat orangtua mengasihi mereka secara berbeda. Label orang berkelainan seksual membuat masyarakat menjauh dan tidak menerima kehadirannya. Lalu bagaimana dengan sikap gereja? Kerajaan Allah bukan hanya soal menolong dan memampukan, tetapi juga mematahkan segala bentuk pengasingan (alienasi), karena setiap orang siapapun mereka sungguh amat dicinta oleh Tuhan.
RDJ
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.