Maka datanglah awan menaungi mereka dan … terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” (Mrk. 9:7)
Alkitab mengisahkan hal-hal yang biasa, tapi juga yang luar biasa atau ajaib. Dalam perikop ini, kita melihat pengalaman yang luar biasa. Tuhan Yesus mengajak tiga orang murid-Nya: Petrus, Yakobus dan Yohanes naik ke sebuah gunung. Tiba-tiba, wajah Yesus memancarkan sinar. Pakaian-Nya menjadi sangat putih berkilat-kilat. Lalu, tampaklah Nabi Elia dan Nabi Musa berbincang dengan Yesus. Kita tidak tahu bagaimana para murid dapat mengenali Elia dan Musa yang sudah lama tiada.
Mengalami peristiwa itu, Petrus merasa sangat senang dan ingin membuat tiga kemah, masing-masing untuk Elia, Musa dan Yesus. Namun, Yesus tidak menanggapinya. Tiba-tiba, turun awan dan terdengar suara yang berkata: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” Kisah ini menegaskan bahwa kedudukan Yesus setara dengan Elia dan Musa, bahkan lebih besar daripada mereka. Sesudah baptisan di sungai Yordan, untuk kedua kalinya para murid itu mendengar suara yang menyatakan Yesus sebagai Anak Allah, yang harus didengarkan pengajaran-Nya.
Peristiwa yang disebut “transfigurasi” ini menyatakan siapa Yesus sebenarnya. Bahwa Dia adalah Anak Allah yang diutus oleh Allah untuk menyelamatkan dunia. Dia tidak membutuhkan tempat di gunung, betapapun indahnya. Tempat yang paling layak bagi-Nya ialah di dalam hati kita sebagai umat-Nya, ketika kita mau mengakui dan menyambut Dia sebagai Tuhan kita. Ini artinya, mendengarkan dan melakukan firman-Nya. [Pdt. (Em.) Ferdinand Suleeman]
REFLEKSI:
Biarlah Tuhan tinggal di dalam hati kita, supaya setiap kata dan perbuatan kita memancarkan kasih-Nya.
Ayat Pendukung: Mzm. 19; Kel. 19:16-25; Mrk. 9:2-8
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.