Kata-Nya kepada pohon itu, “Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!” Murid-murid-Nya pun mendengarnya. (Markus 11:14)
Pohon ara termasuk pohon yang unik. Pohon ini berdaun lebat dan rimbun, sehingga dapat menjadi tempat berteduh. Selain itu, pohon ini dapat berbuah sebelum daun-daun bermunculan. Oleh karena itu, kita bisa mengerti mengapa Yesus dan para murid yang sedang lapar mencari buah pada pohon ara, tetapi sayangnya tidak ada buah yang didapatkan.
Yesus dengan tegas mengatakan, “Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!” Apakah ini bentuk kemarahan Yesus hanya karena la lapar? Ternyata Yesus menggunakan kejadian itu untuk memberi pelajaran tentang hidup yang menghasilkan buah. Kemarahan Yesus pada pohon ara dapat kita baca sebagai kemarahan kudus terhadap umat yang tidak menghasilkan buah pertobatan, padahal sudah diberi kesempatan. Saat para murid melihat pohon ara yang telah menjadi kering, Petrus mengingatkan Yesus bahwa kutukan-Nya benar terjadi. Yesus kemudian mengajarkan bahwa apa pun yang didoakan dengan iman pasti akan terwujud. Berdoa dengan iman yang benar berarti menyerahkannya pada kehendak Allah.
Mungkin kita seperti pohon ara yang berusaha menghasilkan buah: berjuang untuk bertobat, bergumul luar biasa untuk lepas dari kebiasaan dosa kita, atau berupaya mempercayai rancangan Allah kembali. Apa pun itu, doakanlah dengan sungguh-sungguh agar perjuangan kita menghasilkan buah. Kerinduan kita adalah menjadi seperti pohon ara yang menghasilkan buah, sehingga siap untuk dipetik saat Allah datang kembali. [Pdt. Daniel Kristanto Gunawan]
REFLEKSI:
Buah apa yang sudah kita hasilkan bagi Tuhan? Jangan menyerah sampai kita bisa menghasilkan buah yang manis bagi Tuhan.
Ayat Pendukung: Rut 4:18-22; Mzm. 127; Mrk. 11:12-14, 20-24
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.