“Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab la menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu (Yoh. 14:17)
Salah satu tembok bekas sel di situs Auschwitz, yang menjadi kamp konsentrasi pemerintahan Nazi pada masa Perang Dunia II, tertulis sebuah syair anonim. Syair itu berbunyi, “Saya percaya pada matahari meski ia tidak sedang bersinar. Saya percaya pada cinta meski tidak ada siapa pun di sini. Dan saya percaya pada Allah meski la diam” Meski anonim, hampir dipastikan kalau penulis syair merupakan tahanan Holocaust sebelum ia dibunuh. Meski secara fisik ia sedang menderita, bahkan menemukan jalan buntu untuk menyelamatkan diri, syair itu memperlihatkan iman dan keyakinan yang membuat si penulis tetap memiliki harapan.
Dalam Injil Yohanes, ekspresi itu hanya bisa ditemukan di dalam kehidupan para pengikut Kristus. Roh Kebenaran akan memenuhi para pengikut Kristus. Sosok ini membuat para pengikut Kristus mampu mengenal segala hal yang tidak dikenal oleh dunia. Dalam hal ini, Roh Kebenaran memampukan para pengikut Kristus mengenal penyertaan Tuhan dan pengharapan di tengah kekelaman sekalipun. Memang penyertaan-Nya tidak selalu hadir dalam rupa fisik dan logis. Namun, rasa di dalam hati dapat menjadi dasar keyakinan kita pada penyertaan dan pengharapan.
Meskipun keseharian kita dipenuhi kemelut dan badai besar yang mengancam kehidupan, percayalah selalu pada penyertaan Allah. Roh Kebenaran yang tinggal di dalam hati membuat kita selalu merasakan harapan yang tidak dapat dilihat oleh dunia. [Pdt. Hizkia Anugrah Gunawan]
REFLEKSI:
Sudahkah hati kita dipenuhi dengan Roh Kebenaran yang membawa pengharapan kekal bagi hidup kita?
Ayat Pendukung: Kis. 17:22-31; Mzm. 66:8-20; 1Ptr. 3:13-22; Yoh. 14:15-21
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.