“Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.” (Luk. 9:48)
Tuhan Yesus berbicara terus terang kepada murid-murid-Nya bagaimana cara Ia membarui dunia ini dan menyelamatkan manusia dari kuasa dosa yang mematikan. Ia menggunakan cara pemberian diri untuk mengupayakan yang terbaik bagi manusia. Walaupun karena pilihan-Nya itu, Ia harus menderita sengsara dan mengalami kelemahan; Ia menjadi “kecil”.
Cara Kristus itu harus juga menjadi cara murid-murid-Nya. Mereka akan melanjutkan karya Kristus bagi dunia. Mereka tidak boleh menjadi “besar” dengan menindas dan meniadakan yang lain. Mereka dapat menjadi “besar” dengan menunjukkan perhatian, sambutan, tindakan kasih yang nyata kepada yang “kecil”, yang tersisih, yang tidak dianggap; mengangkat mereka mengarah kepada apa yang baik dalam hidup sesuai kehendak Bapa.
Kita semua pernah menjadi seorang anak kecil: ringkih, rentan dan membutuhkan dukungan dari orang dewasa. Kita semua pun dalam izin Tuhan akan mengalami penurunan kekuatan, menjadi tua, renta, kembali ringkih dan rentan serta membutuhkan pertolongan yang lain. Karena itu, selagi kekuatan, kemampuan dan kesempatan untuk menyambut dan mendukung yang lemah Allah berikan, mari kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk selalu memedulikan yang “kecil”, yang tersisih, yang tidak dianggap. Ingatlah bahwa dalam diri mereka, ada wujud kehadiran Kristus yang mesti kita sambut dan layani.[Pdt. Essy Eisen]
REFLEKSI:
Siapakah orang-orang yang terkecil dalam hidup kita yang akan kita sambut dan layani?
Ayat Pendukung: Mzm. 91:1-6, 14-16; Yer. 24:1-10; Luk. 9:43b-48
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.